Translate

Senin, 27 Januari 2014

LAPORAN PEMULIAAN BAB V "EFEK XENIA PADA JAGUNG"



MATERI V
EFEK XENIA PADA JAGUNG


5.1      Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari dan memahami peristiwa xenia pada tanaman jagung.

5.2      Pendahuluan
Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Disamping itu jagung juga digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku indusrti. Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat  5,16% per tahun, sedangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan industri naik 10,87% per tahun.
Jagung yang berkembang di Indonesia saat ini memiliki kelemahan dari segi nutrisi. Perbaikan kandungan protein pada jagung sangatlah penting untuk daerah-daerah yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok dan bahan baku untuk ternak. Varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki gen opaque-2 yang mengendalikan kadar protein. Salah satu upaya untuk meningkatkan kadar protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan efek xenia, dimana efek xenia dapat diartikan efek polen dari persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji.
Xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung dari serbuk sari (pollen) pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina. Pada kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa dari tetua jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekpresikan pada organ tetua betina (buah) atau generasi berikut selagi masih belum mandiri (embrio dan/atau endospermia). Xenia yang mempengaruhi fenotipe buah jagung disebut metaxenia.
Xenia bukanlah penyimpangan dari hukum pewarisan dari mendel, melainkan konsekuensi langsung dari pembuahan berganda (double fertilisation) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan endospermia merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan dan betina) dan pada tahap perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endospermia berekspresi dan mempengaruhi penampilan biji, bulir, atau buah. Beberapa alasan diajukan untuk menjelaskan mekanisme gejala ini, antara lain:

1.    Teori dosis alel;
2.    Imprinting, sebuah mekanisme yang mengatur ekspresi gen;
3.    Transposon, urutan DNA yang dapat bergerak keposisi yang berbeda dalam genom dari satu sel ke sel lain yang menyebabkan terjadinya mutasi; dan
4.    Paramutasi

Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilakn butir jagung dengan kadar minyak tinggi. Selain itu, efek xenia ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan kadar protein dalam biji jagung. Efek xenia dapat diartika sebagai efek pollen dari tetua jantan dari persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji.

5.3      Bahan dan Metode
Bahan dan alat yang dibutuhkan antara lain populasi tanaman jagung manis A; populasi jagung manis B; dan perlengkapan polinasi (kantong kertas, gunting, label, paper clip, kuas dll). Persilangan yang dilakukan:


a.               jagung            A         x                   jagung            A
b.               jagung            B         x                   jagung            B
c.               jagung            A         x                  jagung            B
d.               jagung            B         x                   jagung            A

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tassel bag methode. Dimana dalam metode ini, baik bunga jantan maupun bunga betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Malai bunga jantatn yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betian (tongkol), dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung keluar). Hari berikutnya, tongkol diperiksa untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar 1-2 cm diatas permukann ujung kelobot dipotong menggunakan gunting. Pemotongan ini dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang tidak dikehendaki. Pemotongan dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukan telah siap diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuk sarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan.
Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menaburkan serbuk sari/pollen yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang sebanyak 2-3 kali untuk meyakinkan seluruh putik telah tersebuki. Tanda-tanda bunga jantan siap menyerbuki adalah adanya serbuk sari yang melekat pada kantong pembungkus.






Hasil dan Pembahasan

Jumlah Biji A
Jumlah biji B
Total
J A X J A
237
0
237
J B X J B
0
222
222
J A X J B
130
25
155
J B X JA
199
6
205

Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman bisa dibedakan menjadi persilangan sendiri (selfing) dan pembastaran (crossing). Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri. Artinya, tidak ada perbedaan antara genotipe kedua tanaman yang disilangkan. Sedangkan crossing atau pembastaran adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Tujuan melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetic, dan menguji potensi tetua (uji turunan). Pada praktikum ini dilakukan persilangan pada tanaman jagung (Zea mays). Tanaman jagung dipilih karena penyerbukan buatan yang dapat dilakukan relative mudah. Selain itu periode tumbuh atau masa tanam jagung juga tidak terlalu lama, sekitar dua bulan.
Ketika menyilangkan tanaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pemilihan tetua dalam hubungannya dengan tujuan dilakukannya persilangan, pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman, waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga), dan keadaan cuaca saat penyerbukan. Tetua dipilih sesuai dengan persilangan yang akan dilakukan. Pemilihan bunga dalam persilangan tanaman juga penting. Bunga yang akan berperan sebagai betina maupun jantan harus sudah mencapai tahap siap kawin (siap dilakukan penyerbukan) pada saat yang bersamaan. Bunga betina yang akan diserbuki harus belum terkontaminasi oleh serbuk sari yang lain (masih steril). Pada tanaman jagung yang akan digunakan untuk persilangan, bunga betina si bungkus menggunakan kantong kertas untuk mencegah tongkol terkontaminasi (terserbuki) oleh serbuk sari malai lain. Begitu juga dengan malai atau bunga jantan yang belum pecah dibungkus menggunakan kantong kertas agar nantinya ketika malai sudah siap menyerbuki, serbuk sarinya dapat tertampung di kantong kertas tersebut. Keadaan cuaca saat penyerbukan juga penting, apabila penyerbukan dilakukan pada saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan banyak serbuk sari yang hilang terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara maksimal.
Berdasarkan  praktikum ini hasil yang diperoleh adalah  pada persilangan Selfing JA x JA dihasilkan biji A sebanyak 237. Persilangan Crossing JA x JB dan dihasilkan jumlah JB  sebanyak 6 dan biji JA sebanyak 199. Pada persilangan Selfing JB x JB dihasilkan biji JB 222  dan JA 0. Pada persilangan Crossing JB x JA dihasilkan biji JB 25 dan biji JA 130.
Pada persilangan jagung Selfing JA x JA didapat hasil 100% biji A. Hasil persilangan ini menunjukkan bahwa persilangan tersebut berhasil karena betina tidak terbuahi oleh serbuk sari dari jagung lain. Persilangan ini sesuai dengan teori Mendel yaitu Complete Dominance, dimana keturunan 100% seperti induk.
Dari hasil persilangan crossing didapatkan hasil yang hampir sama, dimana biji warna merah lebih mendominasi daripada warna biji warna putih dan kuning . Pada persilangan persilangan Crossing JB x JA , hasilnya telah sesuai dengan teori, dimana tetua jantan (A) memberikan pengaruh lebih dominan daripada tetua betina (B), sehingga menghasilkan biji A lebih banyak dibandingkan biji B. Persilangan Crossing JA x JB hasil yang didapat lebih banyak biji JA, tetapi  hasil didapat pada persilangan crossing terdapat biji dengan warna yang setengah B dan setengah A  atau warna kuning, hal ini diakibatkan selama waktu berlangsungnya praktikum, terlalu sering berganti-ganti sungkup/kantong kertas sehingga dapat mengakibatkan adanya kontaminasi dari jagung JB. Hal tersebut juga terjadi pada persilangan Selfing JB x JB.
Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan jagung yang dilakukan oleh manusia, di alam pada umumnya dibantu oleh angin. Jagung termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan putik berada dalam satu tanaman namun berbeda bunga. Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari yaitu antara pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan, setelah serbuk sari jagung A diserbukkan ke jagung B harus segera ditutup rapat dengan sungkup untuk melindungi jagung betina agar serbuk sari dari tanaman jagung lain tidak dapat mengenai putik jagung betina tersebut. Selain itu untuk menghindari adanya kemungkinan pencucian Faktor biji kerut selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan besar bisa saja terjadi bila jagung terlalu lama dipanen.adapun beberapa gangguan dari faktor luar seperti adanya serangga vektor penyakit, ulat yang memakan biji jagung sehingga tongkol kosong.
Dalam praktikum ini, hasil yang didapat menunjukkan keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya prosentase jumlah biji jagung yang dihasilkan. Keberhasilan ini dapat ditunjang dengan adanya cuaca yang tidak banyak hujan, walau ditengah-tengah masa setelah penyerbukan terjadi hujan lebat, tetapi hasil yang didapat dapat sesuai dengan harapan. Dan apabila terjadi kegagalan, hal ini dapat diakibatkan adanya hujan yang terlalu lebat yang mengakibatkan suasana menjadi lembab dan seringnya terserang hama dan penyakit sehingga mudah busuk. Selain itu, pada saat penyerbukan tanpa diketahui praktikan, tongkol yang akan diserbuki sudah diserbuki terdahulu oleh serbuk sari dari jantan lain melalui perantara angin. Dan juga adanya kematangan yang tidak bersamaan antara malai dan tongkol pada satu pohon jagung, sehingga waktu penyerbukan menjadi lama tertunda.

KESIMPULAN

1.    Peristiwa xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung serbuk sari (pollen) pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina.
2.    Peristiwa xenia pada jagung dalam praktikum ini terjadi pada persilangan antara ♀ B x ♂ A..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar