Translate

Senin, 27 Januari 2014

contoh membuat resume jurnal tanaman obat dan aroma terapi simplisia



RESUME JURNAL TANAMAN OBAT DAN AROMA TERAPI
Simplisia batang dan kulit batang
Oleh irma sandi

A.    JUDUL :
Simplisia kulit batang :
DOSIS IRADIASI OPTIMUM PADA PENGAWETAN SIMPLISIA KULIT BATANG MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) SEBAGAI ANTI KANKER

Batang :
ANALISIS SERAPAN SIMPLISIA ADAS DAN BROTOWALI PADA
INDUSTRI OBAT TRADISIONAL INDONESIA

B.     TUJUAN :
Simplisia kulit batang :
bertujuan untuk mendapatkan dosis radiasi yang optimum untuk pengawetan dan sekaligus tidak menyebabkan kerusakan pada senyawa anti kanker dalam simplisia kulit batang mahkota dewa.

Batang :
Untuk mengetahui serapan simplisia adas dan brotowali pada Industri obat tradisional indonesia.

C.    Rancangan / Metode yang di gunakan :
Simplisia kulit batang :







Batang :
Data tentang permintaan kedua simplisia tersebut adalah data sekunder yang diperoleh dari Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Informasi lain berasal dari berbagai pustaka dan prosiding seminar.

D.    Populasi:
Simplisia kulit batang :





Batang :



E.     Sampel :
Simplisia kulit batang :



Batang :



F.     Parameter yang di amati :
Simplisia kulit batang :
·         Uji cemaran mikroba.
·         Pembuatan ekstrak etil asetat.
·         Uji aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat.
·         Uji aktivitas sitotoksik fraksi aktif (fraksi 6).
·         Identifikasi dengan KLT.
·         Pemeriksaan profil kromatogram dengan KCKT.
Batang :


G.    Hasil :
Simplisia kulit batang :
Uji cemaran mikroba terhadap simplisia kulit batang mahkota dewa yang telah diiradiasi dan kontrol menunjukkan bahwa iradiasi dosis 5 kGy pada simplisia dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh semua bakteri, kapang dan khamir yang ada. Uji aktivitas sitotoksik terhadap ekstrak etil asetat dari simplisia yang telah diiradiasi menunjukkan bahwa iradiasi sampai dengan 20 kGy dapat menurunkan aktivitas sitotoksik, meskipun nilai IC50 masih di bawah 50 μg/ml, yang merupakan nilai batas aktivitas sitotoksik suatu ekstrak. Demikian juga halnya pada uji aktivitas sitotoksik terhadap fraksi 6 yang merupakan fraksi paling aktif dalam simplisia kulit batang mahkota dewa menunjukkan bahwa iradiasi terhadap simplisia sampai dengan dosis 20 kGy menurunkan aktivitas sitotoksik fraksi 6, namun nilai IC50 tersebut masih di bawah 20 μg/ml, yang merupakan batas aktivitas sitotoksik suatu fraksi. Analisis senyawa 2,4’—dihidroksi—4 metoksi benzofenon—2—O—β—D— glukopiranosida menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dalam fraksi 6 dari sampel yang diiradiasi menunjukkan bahwa semua konsentrasi senyawa tersebut dalam sampel yang diiradiasi menurun secara signifikan dibandingkan  kontrol. Penurunan konsentrasi senyawa 2,4’—dihidroksi—4 metoksi benzofenon—2—O—β—D—glukopiranosida tidak sebanding dengan penurunan nilai aktivitas sitotoksik dalam ekstrak etil asetat maupun dalam fraksi 6, karena itu senyawa tersebut tidak dapat digunakan sebagai marka efek irradiasi terhadap penurunan aktivitas sitotoksik simplisia kulit batang mahkota dewa. Iradiasi pada dosis 5 sampai dengan 7,5 kGy merupakan pilihan terbaik untuk menurunkan angka cemaran bakteri dan kapang/khamir pada simplisia kulit batang mahkota dewa tanpa menurunkanaktivitas sitotoksik. Dosis iradiasi sampai dengan 20 kGy masih dapat digunakan.

Batang :
Hasil analisis data serapan kedua simplisia pada industri obat tradisional selama 10 tahun (1984-1993) menunjukkan kecenderungan permintaan yang cukup tinggi, masing-masing 28,27% untuk adas dan 24,81% untuk brotowali.

H.    Kesimpulan :
Simplisia kulit batang :
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa iradiasi pada dosis 5 sampai 20 kGy dapat digunakan untuk tujuan menghambat pertumbuhan mikroba (bakteri, kapang dan khamir) pada simplisia kulit batang mahkota dewa untuk antinkanker berdasarkan uji aktivitas sitotoksik menggunakan sel leukemia L1210. Pada dosis tersebut, aktivitas sitotoksik fraksi 6 yang merupakan fraksi aktif dan phalerin yang digunakan sebagai senyawa marka mengalami penurunan sebanding dengan besarnya dosis, meskipun penurunan tersebut tidak menghilangkan aktivitas sitotoksiknya. Iradiasi pada dosis 7,5 sampai 20 kGy sudah menurunkan aktivitas sitotoksik secara bermakna meskipun penurunan tersebut tidak menghilangkan aktivitas sitotoksiknya, karena itu iradiasi pada dosis 5 sampai dengan 7,5 kGy merupakan pilihan terbaik untuk menurunkan angka cemaran bakteri dan kapang/khamir pada simplisia kulit batng mahkota dewa tanpa menurunkan aktivitas sitotoksik.

Batang :
Berdasarkan data yang disajikan disimpulkan bahwa laju permintaan adas dan brotowali selama 10 tahun (periode 1984-1993) cukup tinggi, masing-masing 28,27% untuk adas dan 24.8 1 % untuk brotowali. Dengan demikian peluang pengembangan budidayanyamasih cukup terbuka. Informasi volume pemakaian simplisia tersebut dalam satu periode tertentu dapat dijadikan petunjuk untuk kebijakan pengembangan budidayanya.

I.       Ide untuk penelitian selanjutnya :
Simplisia kulit batang :
Analisis Umur Simplisia Kulit Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.)

Batang :
Analisis Standarisasi Mutu Simplisia Brotowali (Tinospora crispa) Di Pasar Tradisional Pekanbaru

1 komentar: