RESUME JURNAL
TANAMAN OBAT DAN AROMA TERAPI
Simplisia
batang dan kulit batang
Oleh irma sandi
A. JUDUL :
Simplisia kulit batang :
DOSIS IRADIASI OPTIMUM PADA
PENGAWETAN SIMPLISIA KULIT BATANG MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl.) SEBAGAI ANTI KANKER
Batang :
ANALISIS SERAPAN SIMPLISIA ADAS
DAN BROTOWALI PADA
INDUSTRI OBAT TRADISIONAL
INDONESIA
B.
TUJUAN
:
Simplisia kulit batang :
bertujuan untuk mendapatkan
dosis radiasi yang optimum untuk pengawetan dan sekaligus tidak menyebabkan kerusakan
pada senyawa anti kanker dalam simplisia kulit batang mahkota dewa.
Batang :
Untuk mengetahui serapan
simplisia adas dan brotowali pada Industri obat tradisional indonesia.
C.
Rancangan
/ Metode yang di gunakan :
Simplisia kulit batang :
Batang :
Data tentang permintaan kedua
simplisia tersebut adalah data sekunder yang diperoleh dari Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Informasi lain berasal dari berbagai pustaka dan prosiding seminar.
D.
Populasi:
Simplisia kulit batang :
Batang :
E.
Sampel
:
Simplisia kulit batang :
Batang :
F.
Parameter
yang di amati :
Simplisia kulit batang :
·
Uji cemaran mikroba.
·
Pembuatan ekstrak etil asetat.
·
Uji aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat.
·
Uji aktivitas sitotoksik fraksi aktif (fraksi 6).
·
Identifikasi dengan KLT.
·
Pemeriksaan profil kromatogram dengan KCKT.
Batang :
G.
Hasil
:
Simplisia kulit batang :
Uji cemaran mikroba terhadap
simplisia kulit batang mahkota dewa yang telah diiradiasi dan kontrol
menunjukkan bahwa iradiasi dosis ≥ 5
kGy pada simplisia dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh semua bakteri,
kapang dan khamir yang ada. Uji aktivitas sitotoksik terhadap ekstrak etil
asetat dari simplisia yang telah diiradiasi menunjukkan bahwa iradiasi sampai
dengan 20 kGy dapat menurunkan aktivitas sitotoksik, meskipun nilai IC50 masih
di bawah 50 μg/ml, yang merupakan nilai batas aktivitas sitotoksik suatu ekstrak.
Demikian juga halnya pada uji aktivitas sitotoksik terhadap fraksi 6 yang
merupakan fraksi paling aktif dalam simplisia kulit batang mahkota dewa
menunjukkan bahwa iradiasi terhadap simplisia sampai dengan dosis 20 kGy
menurunkan aktivitas sitotoksik fraksi 6, namun nilai IC50 tersebut masih di
bawah 20 μg/ml, yang merupakan batas aktivitas sitotoksik suatu fraksi.
Analisis senyawa 2,4’—dihidroksi—4 metoksi benzofenon—2—O—β—D— glukopiranosida
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dalam fraksi 6 dari sampel
yang diiradiasi menunjukkan bahwa semua konsentrasi senyawa tersebut dalam
sampel yang diiradiasi menurun secara signifikan dibandingkan kontrol. Penurunan konsentrasi senyawa
2,4’—dihidroksi—4 metoksi benzofenon—2—O—β—D—glukopiranosida tidak
sebanding dengan penurunan nilai aktivitas sitotoksik dalam ekstrak etil asetat
maupun dalam fraksi 6, karena itu senyawa tersebut tidak dapat digunakan
sebagai marka efek irradiasi terhadap penurunan aktivitas sitotoksik simplisia
kulit batang mahkota dewa. Iradiasi pada dosis 5 sampai dengan 7,5 kGy
merupakan pilihan terbaik untuk menurunkan angka cemaran bakteri dan kapang/khamir
pada simplisia kulit batang mahkota dewa tanpa menurunkanaktivitas sitotoksik.
Dosis iradiasi sampai dengan 20 kGy masih dapat digunakan.
Batang :
Hasil analisis data serapan
kedua simplisia pada industri obat tradisional selama 10 tahun (1984-1993)
menunjukkan kecenderungan permintaan yang cukup tinggi, masing-masing 28,27%
untuk adas dan 24,81% untuk brotowali.
H.
Kesimpulan
:
Simplisia kulit batang :
Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa iradiasi pada dosis 5 sampai 20 kGy dapat
digunakan untuk tujuan menghambat pertumbuhan mikroba (bakteri, kapang dan
khamir) pada simplisia kulit batang mahkota dewa untuk antinkanker berdasarkan
uji aktivitas sitotoksik menggunakan sel leukemia L1210. Pada dosis tersebut,
aktivitas sitotoksik fraksi 6 yang merupakan fraksi aktif dan phalerin yang
digunakan sebagai senyawa marka mengalami penurunan sebanding dengan besarnya
dosis, meskipun penurunan tersebut tidak menghilangkan aktivitas sitotoksiknya.
Iradiasi pada dosis 7,5 sampai 20 kGy sudah menurunkan aktivitas sitotoksik
secara bermakna meskipun penurunan tersebut tidak menghilangkan aktivitas
sitotoksiknya, karena itu iradiasi pada dosis 5 sampai dengan 7,5 kGy merupakan
pilihan terbaik untuk menurunkan angka cemaran bakteri dan kapang/khamir pada
simplisia kulit batng mahkota dewa tanpa menurunkan aktivitas sitotoksik.
Batang :
Berdasarkan data yang disajikan
disimpulkan bahwa laju permintaan adas dan brotowali selama 10 tahun (periode
1984-1993) cukup tinggi, masing-masing 28,27% untuk adas dan 24.8 1 % untuk
brotowali. Dengan demikian peluang pengembangan budidayanyamasih cukup terbuka.
Informasi volume pemakaian simplisia tersebut dalam satu periode tertentu dapat
dijadikan petunjuk untuk kebijakan pengembangan budidayanya.
I.
Ide
untuk penelitian selanjutnya :
Simplisia kulit batang :
Analisis Umur Simplisia Kulit Batang Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl.)
Batang :
Analisis
Standarisasi Mutu Simplisia Brotowali (Tinospora crispa) Di Pasar
Tradisional Pekanbaru
nice blog kak (y)
BalasHapus