A.
HARA MAKRO
1.
PENGERTIAN HARA ESENSIAL
Suatu unsur termasuk sebagai hara esensial
jika memenuhi syarat:
- Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions).
- Tanaman tidak akan sempurna siklus hidupnya tanpa adanya unsur tersebut (plant cannot complete its lifecycle without it).
- Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan secara sempurna seluruh fungsi metabolisme yang melibatkan unsur tersebut (no other element can substitute for all of its metabolic functions
2.
PENGERTIAN HARA MAKRO
Unsur
C, H, O jumlahnya sangat melimpah, C dan O umumnya diambil dari udara sedangkan
H dari air. Proses fotosintesis yang berlangsung di daun menghasilkan
gula dengan mengambil CO2 dari udara. Pernafasan daun dan akar menggunakan
oksigen dari udara (yaitu di stomata dan pori tanah) untuk menghasilkan ATP
(energi sel tubuh).
Hara
mineral (13) sebagian besar berasal dari tanah, terbagi atas : hara makro: N,
P, K, Ca, Mg, S dinyatakan dalam % (g/100g) dan hara mikro: Fe, Zn, Mn,
Cu / B, Cl, Mo / [Ni] dinyatakan dalam ppm (mg/kg).
Kandungan hara yang tertinggi umumnya N dan K. Pada tanaman yang diberi pupuk
dengan cukup mengandung 1-5 % bobot kering. Tembaga dan Mo memiliki kadar
paling kecil, hanya beberapa ppm. 1% = 10.000 ppm.
3.
NITROGEN
Bentuk
dan fungsi N
N
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi faktor
pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Berupa asam amino, amida dan amin
yang berfungsi sebagai kerangka (building blocks) dan senyawa antara (intermediary
compounds). Berupa protein, khlorofil, asam nukleat: protein/ensim mengatur
reaksi biokimia, N merupakan bagian utuh dari struktur klorofil, warna hijau
pucat atau kekuningan disebabkan kekahatan N, sebagai bahan dasar DNA dan
RNA.
Mobilitas
N
Unsur
N sangat mobil dalam jaringan tanaman, dialihtempatkan dari daun yang tua ke
daun yang muda. Gejala kekahatan klorosis muncul pada daun dibagian bawah yaitu
daun yang lebih tua. Jika berlebihan N akan merangsang pertumbuhan
vegetatif, laju fotosintesis tinggi, penggunaan CH2O juga tinggi,
akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan menjadi sukulen, tanaman
rebah, mudah terserang penyakit.
Sumber
N
Beberapa
sumber N adalah : perombakan bahan organik: daur N; penyematan biologis:
simbiotik dan non simbiotik; deposisi atmosfir: karena muatan listrik dan
kegiatan industri; pupuk N dan rabuk, kompos dan biosolid.
Bentuk
N yang diserap tanaman
Bentuk
NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepaskan dari daun
ke udara, jumlahnya tergantung konsentrasi di udara. Sebagian besar N diambil
akar dalam bentuk anorganik yaitu NH4+ (ammonium)
and NO3- (nitrat). Jumlahnya tergantung kondisi tanah,
nitrat lebih banyak terbentuk jika tanah hangat, lembab dan aerasi baik.
Penyerapan NH4+ lebih banyak terjadi pada pH tanah
netral, sedangkan NO3- pada pH rendah. Senyawa NO3-
umumnya bergerak menuju akar karena aliran masa, senyawa NH4+
bersifat tidak mobil, gerakan disebabkan oleh difusi juga aliran masa.
Senyawa
ammonium ini tidak harus direduksi di dalam tubuh tanaman sehingga menghemat
energi, kandungan protein tanaman lebih tinggi (CH2O). Keseimbangan
kation/anion: mengurangi penyerapan Ca, Mg, K, tetapi meningkatkan penyerapan
fosfat, sulfat dan klor. Suasana pH risosfer: akar melepas H+.
Senyawa
nitrat harus direduksi terlebih dahulu di dalam tubuh tanaman sebelum
disintesis menjadi asam amino, NO3- à NH3.
Keseimbangan kation/anion: meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, tetapi menurunkan
penyerapan fosfat, sulfat, dan klor. Suasana pH risosfer: akar melepas HCO3-
(OH-)
Jika
kadar NH4+ tinggi dapat bersifat meracun, NH4+
à NH3, sedangkan jika kelebihan NO3-
dapat secara aman disimpan dalam vakuola. Preferensi tanaman: kebanyakan
tanaman tumbuh baik pada kondisi campuran, tanaman yang tahan terhadap suasana
masam umumnya lebih baik jika diberi NH4+, sebaliknya
keluarga terung-terungan (Solanaceae) lebih menyukai NO3-,
karena membutuhkan banyak kation lainnya (penyerapan nitrat merangsang
penyerapan kation).
Transformasi
N dalam tanah
Di
dalam tanah unsur N dapat mengalami alihrupa sebagai berikut: Mineralisasi,
Immobilisasi, Nitrifikasi, Denitrifikasi, Volatilisasi, Fiksasi N.
Mineralization
Pelepasan
N organik menjadi N yang tersedia bagi tanaman yaitu: NH4+,
melibatkan mikrobia heterotrof yaitu bakteri dan kapang. Bahan organik tanah
mengandung N sekitar 5%, sekitar 1-4% dari N organik mengalami mineralisasi
setiap tahunnya.
- Aminisasi: proteins + H2O –> asam amino + amina + urea + CO2 + energi. pemecahan protein menjadi unit lebih kecil, yang mengandung gugus NH2
- Ammonifikasi:
R
– NH2 + H2O –> NH3 + R – OH + energi
NH3 + H2O –> NH4+ + OH-
NH3 + H2O –> NH4+ + OH-
Immobilisasi
(assimilasi)
Berkebalikan
dengan proses mineralisasi. Pengambilan bentuk N anorganik dari tanah kemudian
menyatukan bahan tersebut menjadi bentuk N organik oleh mikrobia, dapat berupa
NH4+ atau NO3-. Kesetimbangan
antara mineralisasi dan immobilisasi ditentukan oleh nisbah C:N .
Nitrifikasi
Perubahan
NH4+ menjadi NO3-, sumber NH4+
dapat berupa bahan organik atau pupuk. Oksidasi biologis: bilangan oksidasi N
meningkat dari -3 menjadi + 5, melalui 2 tahapan proses:
2NH4+
+ 3O2 –> 2NO2- (nitrit) + 2H2O
+ 4H+ (Nitrosomonas bacteria) dan
2NO2- + O2 –> 2NO3- ( Nitrobacter bacteria)
2NO2- + O2 –> 2NO3- ( Nitrobacter bacteria)
Nitrit
bersifat meracun, umumnya tidak sampai mengumpul, karena reaksi nitrit menjadi
nitrat jauh lebih besar dibanding perubahan ammonium menjadi nitrit. Ada
dua jenis bakteri ototrof yang menonjol, mereka mendapatkan energi dari
oksidasi N, sedangkan C diambil dari CO2
Proses
nitrifikasi
Meningkatkan
potensi pelindian N. Senyawa NO3- sangat mobil,
sangat larut air, tidak dapat dipegang oleh koloid tanah. Senyawa NH4+
merupakan kation tertukar, dapat dipegang oleh koloid tanah, bersifat mobil
dalam tanah pasiran tanah yang memiliki KPK rendah. Untuk berlangsungnya proses
nitrifikasi diperlukan suasana aerasi yang baik, karena yang aktif bakteri
aerobik, oksigen diperlukan sebagai reaktan dalam kedua reaksi yang terlibat.
Proses ini bersifat mengasamkan tanah, 2 mol H+ dihasilkan per mol
NH4+ yag dinitrifikasi, ini dapat berasal dari pupuk
ammonium atau mengandung pembentuk ammonium (urea). Sangat cepat pada pH
tinggi, optimum pada pH 8.5, bakteri memerlukan cukup Ca dan P, keseimbangan
reaksi lebih cocok pada pH tinggi tersebut. Reaksi cepat pada temperatur hangat
dan tanah yang lembab. Penghambat nitrifikasi: digunakan untuk membatasi
pelindian nitrat, N-Serve (nitrapyrin) karena bersifat meracun bagi Nitrosomonas.
Denitrifikasi
Kehilangan
N dalam bentuk gas, reaksi NO3- menjadi N2 dan
N2O. Bakteri anaerob: Pseudomonas, Bacillus, menggunakan
N sebagai sumber O2 dalam respirasi, terjadi pada tanah tergenang
atau terbatasnya oksigen, sekitar akar atau seresah yang sedang terombak.
Bakteri memerlukan bahan organik, bahan orgaik yang siap dirombak sebagai
sumber energi
4(CH2O)
+ 4NO3- + 4H+ –> 4CO2 + 2N2O
+ 6H2O
5(CH2O) + 4NO3- + 4H+ –> 5CO2 + 2N2O + 7H2O
5(CH2O) + 4NO3- + 4H+ –> 5CO2 + 2N2O + 7H2O
Kehilangan
N dari pupuk umumnya 10-30%, pada kondisi: penambahan bahan orgaik dan
kurangnya aerasi, temperatur hangat : antara 50 – 80 F, pH >5.5, cukup
sediaan nitrat, pertumbuhan tanaman, dapat menyumbang C dan kurangnya oksigen,
tanaman dapat juga membatasi denitrifikasi dengan mengurangi kadar air dalam
tanah dan nitrat karena diserap
Volatilisasi
Kehilangan
berupa gas NH3, terutama dari pupuk N di permukaan, juga
rabuk di permukaan tanah, kehilangan rabuk juga terjadi saat penanganan dan
penyimpanan, dengan reaksi NH4+ –> H+
+ NH3 . Kehilangan NH3 terutama pada pH tinggi, pH
larutan >7 , pada kesetimbangan reaksi bergerak ke kanan, kehilangan
tersebut dapat ditekan dengan cara pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan
penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Pada
tanah masam dan netral: kehilangan urea lebih besar dibanding pupuk NH4+
, reaksi awal NH4+ bersifat asam. Hidrolisis Urea
meningkatkan pH sekitar butiran:
CO(NH2)
2 (urea) + H+ + 2H2O –> 2NH4+
+ HCO3-
ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7
mendorong reaksi : NH4+ + HCO3- –>NH 3 + H2O + CO2
ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7
mendorong reaksi : NH4+ + HCO3- –>NH 3 + H2O + CO2
Pada
tanah kapuran (calcareous soils), kehilangan Urea secara potensial tetap
tinggi. Pupuk NH4+ lebih mudah menguap dibanding dalam
suasana asam, karena bereaksi dengan karbonat, NH4+ + HCO3-
NH à 3 + H2O + CO2
, kehilangan ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi dibanding garam ammonium
yang terlarut seperti klorida dan nitrat.
Faktor
lain yang mendorong volatilisasi antara lain: bentuknya cairan vs.
padatan. Aplikasi permukaan disebar (broadcast surface applications),
dibandingkan setempat atau dicampurkan. Temperatur yang tinggi. Permukaan tanah
yang lembab dan evaporasi yang cepat. KPK yang rendah: retensi NH4+
dan penyanggaan pH. residu tanaman di permukaan, penggembalaan dan gumpal
tanah, menjaga lengas tanah permukaan, mengurangi kontak tanah dan gerakan ke
dalam tanah
Inhibitor
Urease merupakan alat untuk menghambat perombakan urea dan mengurangi
volatilisasi N, contoh: Agrotrain. umumnya kurang efektif dibandingkan dengan
perbaikan cara pemupukan, misalnya concentrated banding. Urease adalah ensim
yang memecah urea, berasal dari tanaman atau tanah (mikrobia). Usaha yang
lain dengan membuat Slow release, urea-based fertilizers Contoh:
Ureaform: Urea-formaldehyde, SCU (Sulfur-coated urea), manfaatnya:
pemberian cukup satu kali untuk suatu jangka waktu tertentu,
misalnya 3 – 6 atau 9 bulan, hemat pada tempat yang memiliki potensi pelindian
atau penguapan yang tinggi, Sering digunakan untuk tanaman hias atau tanaman
tahunan.
Ammonia
anhidrat, karena bentuknya mudah menguap, maka disuntikkan di bawah permukaan
tanah, standar 15 cm untuk tanah kasar lebih dalam lagi. Kondisi yang cocok
untuk kehilangan: tanah yang kering: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat,
NH3 tidak berubah menjadi NH4+, tanah lempung
basah: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat, tekstur kasar: difusi NH3
, tanah berbongkah: difusi NH3 , bahan organik rendah: bahan organik
memegang NH3,
Tujuan
penggunaan Inhibitor nitrifikasi untuk menghambat nitrifikasi, dan mengurangi
pelindian N. Umumnya digunakan pada musim gugur, atau di tanah pasiran. Contoh:
bahan N-Serve, DCD yang berfungsi menghambat perubahan ammonium menjadi nitrit
dalam proses nitrifikasi.
Fiksasi
N
Meskipun
kadar N udara 78%, tetapi ketersediaan N dalam tanah sering menjadi faktor
penghambat. Terdapat 70 juta kg N setiap hektar tanah. N2 harus
diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Fiksasi industri: N2
direduksi dengan energi yang besar (high energy inputs), pada temperatur tinggi
1.200 0C dan tekanan tinggi 500 atm. dengan reaksi: 3H2 + N2 –>
2NH3. NH3 (amonia anhidrat) digunakan langsung sebagai
pupuk atau sebagai bahan baku pupuk N yang lain.
Berbagai
mikrobia dapat menyemat N2: Simbiotik atau hidup bebas. Rhizobia
dan legum. Hal ini penting bagi dunia pertanian. Bakteri simbiotik membentuk
bintil akar, tanaman inang menerima N yang tersemat sedangkan
bakteri menerima fotosintat.
Rhizobia dan legum memiliki hubungan yang
bersifat spesifik, legum yang yang berbeda membutuhkan spesies Rhizobia tertentu
yang sesuai. Umumnya dilakukan inokulasi pada biji yang akan ditanam. Hal ini
diperlukan terutama jika lahan baru untuk pertama kali ditanami legum tersebut
atau untuk introduksi suatu strain baru. Strain memiliki kemampuan menyemat N
yang berbeda-beda.
Faktor
yang mempengaruhi penyematan N antar alain: Keadaan pH tanah : pH yang
rendah membahayakan Rhizobia dan akar tanaman, adanya keracunan Al dan
Mn , serta kekahatan Ca, Mo dan P. Spesies dan strain memiliki tingkat kepekaan
yang berbeda-beda. R. meliloti (alfalfa, sweet clover) sangat peka
terhadap pH yang rendah, strain lain lebih toleran. Kadar Nitrogen tersedia
tanah: jika kandungan N tanah tinggi, maka penyematan akan rendah. Pertumbuhan
tanaman dan manajemen: laju fotosintesis tinggi akan meningkatkan penyematan N,
sebaliknya hal yang menurunkan batang atau hasil juga menurunkan penyematan N
misalnya frekuensi dan waktu pemangkasan pada HMT. Kemampuan penyematan N
pada legum tahunan (perennial) : 100-200
kg/ha/th, sedangkan legum semusim (annual) :
50-100 kg/ha/th
Penyematan
N lainnya
Azolla
Anabaena : paku air dan
ganggang hijau biru (cyanobacteria), jumlah N yang tersemat cukup untuk padi
sawah. Cyanobacteria (blue-green algae), hidup bebas, pada tanah tergenang,
permukaan tanah yang lembab. Azospirillum: bakteria yang hidup bebas,
atau bersekutu dengan akar serealia atau rerumputan. Azotobacter: bakteria
hidup bebas, di tanah, air , risosfer, atau permukaan daun. Bentuk hubungan
yang lain kurang berhubungan dengan pertanian, tetapi bermanfaat bagi ekosistem
alam atau agroforestry. Pohon legum: Black locust, mimosa, akasia. Frankia: aktinomisetes
simbiotik, Alder
4.
FOSFOR
Bentuk
dan fungsi P di dalam jaringan tanaman
- P dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, sedikit lebih kecil dibawah N dan K, setara dengan S, Ca dan Mg
- Fosfat: unsur P sangat reaktif, di alam ditemukan dalam bentuk gugus fosfat
- ATP : transfer energi
- NADP : fotosintesis
- Asam nukleat: bahan DNA, RNA
- Lemak fosfat (phospholipids): membran sel dan organ dalam sel
Mobilitas
P
Unsur
fosfor (P) sifatnya mobil dalam tanaman, mudah dipindahkan dari bagian daun
yang tuda ke titik tumbuh. Gejala kekahatan: tanaman kerdil, pertumbuhan akar
buruk, kedewasaan terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan
misalnya pada jagung. Jika P berlebihan meskipun tidak secara langsung
meracuni tanaman, akan menyebabkan merangsang pertumbuhan organisme perairan,
mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan pengangkutan P
dalam sedimen, air limpasan.
Sumber
P
- perombakan bahan organik: menyumbang 20-80% dari total P dalam tanah
- rabuk, kompos dan biosolid
- pelarutan mineral P : mineral primer dan sekunder, mineral primer sangat lambat tersedia menjadi sumber jangka panjang
- pengendapan sedimen erosi
- pupuk P
Bentuk
P yang diserap tanaman
Kebanyakan
P diserap dalam bentuk ion anorganik orthofosfat: HPO4 2- atau
H2PO4 -. Jumlahnya tergantung pH larutan, pada
pH 7,2 jumlahnya setara, HPO4 2- lebih banyak jika
kondisi tanah alkalin, sedangkan H2PO4– lebih
banyak jika kondisi tanah masam. Akar juga menyerap beberapa fosfat organik:
asam nukleat, fitin, kontribusi terhadap keseluruhan hara P masih kecil.
Penyerapan
H2PO4– lebih cepat dibanding HPO4 2-
, hal ini terkait dengan muatan divalen vs. monovalen. Keseimbangan kation/anion
: penyerapan fosfat meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, keseimbangan muatan,
pengakutan kooperasi; penyerapan fosfat dapat menghambat penyerapan nitrat dan
sulfat, penghambatan kompetisi. pH risosfer: akar melepas HCO3 -
(OH - )
Gerakan
P menuju akar
Ion
HPO4 2- atau H2PO4 –
terutama bergerak menuju akar karena difusi:
- kadar dalam tanah rendah : sekitar 0,05 ppm
- adanya reaksi penjerapan, presipitasi di dalam tanah
- ion fosfat bergerak < 1 mm dalam satu musim tanamn
- ukuran dan kerapatan sistem perakaran sangat penting dalam proses penyerapan P
Transformasi
P di dalam tanah
Unsur
P di dalam tanah akan mengalami proses alihrupa : mineralisasi, immobilisasi,
penjerapan-pelepasan pada permukaan mineral: lempung, oksida Fe dan Al,
karbonat, pengendapan-pelarutan mineral sekunder: Ca, Al, Fe fosfat atau
pelapukan mineral tanah primer: Apatit.
Mineralisasi
Kandungan
P dalam bahan organik tanah sekitar 1% P organik melepaskan fosfat
anorganik yang tersedia bagi tanaman. Ensim fosfatase yang dihasilkan oleh
berbagai mikrobia, melepas ion orthofosfat. P organik dalam tanah, hampir 50%
berupa fosfat inositol, lemak fosfat (fosfolipid) dan asam nukleat sekitar 10%.
Hampir 50% P organik belum dikenali dengan baik. Fofat Inositol merupakan
rangkaian ester fosfat : C6H6(OH)6 OH
digantikan oleh fosfat, terutama dalam bentuk-= inositol, gugus asam pitat (phytic acid). Inositol
hexaphosphate: memiliki 6 gugus fosfat, merupakan hasil aktivitas mikrobia,
sisa perombakan.
Imobilisasi
(asimilasi)
Proses
ini merupakan kebalikan dari mineralisasi. Pengambilan P anorganik dari tanah
(HPO4 2- or H2PO4 - )
kemudian diubah menjadi P organik oleh mikrobia. Ada keseimbangan antara
proses mineralisasi dengan immobilisasi. Nisbah C:P menentukan laju perombakan
bahan organik (seperti halnya nisbah C/N), mineralisasi P juga ditentukan oleh
nsibah C/N. Nisbah C/P tinggi, mikrobia menggunakan P tersedia dari larta
tanah, ketersediaan bagi tanaman berkurang. Jika kadar P dalam larutan tanah
rendah maka pertumbuhan mikrobia terhambat, perombakan bahan organik juga
lambat. Nisbah C/P bahan organik tanah sekitar 100:1. nisbah C:N:P sekitar
120:10:1.3.
- jika C:P > 300, P imobilisasi > P mineralization, residue <0.2% P
- jika C:P = 200-300, P imobilisasi = P mineralization
- jika C:P < 200, P imobilisasi < P mineralization, residue >0.3% P
Penyematan
P
Penyematan
P adalah proses pengambilan P anorganik dari larutan tanah. P hasil
mineralisasi bahan organik, P yang diberikan sebagai pupuk terlarut, atau hasil
pelarutan berbagai sumber dengan mudah mengalami reaksi di dalam tanah :
- Adsorpsi: retensi P pada permukaan mineral
- Presipitasi: pembentukan mineral P sekunder
Penyematan
P merupakan reaksi bersinambung, tidak ada batas yang tegas antara adsorpsi dan
presipitasi amorf. Jenis penyematan bervariasi sesuai kondisi tanah: terutama
pH tanah: kation terlarut, permukaan mineral; kadar fosfat dan kation: pada
kadar rendah terjadi adsorpsi, pada kadar tinggi terjadi presipitasi.
Jerapan
(adsorpsi)
Tanah
masam: oksida dan hidroksida Al dan Fe, mineral lempung; permukaan mineral pada
kondisi masam; kebanyakan dalam bentuk ion H2PO4 -
. Terjadi pada permukaan oksida dan hidroksida. Muatan positif
neto pada kondisi masam, lihat pertukaran dan jerapan anion. Muatan positif
menarik anion: fosfat dan lainnya. Fosfat berinteraksi dengan gugus -OH dan -OH2
+ di permukaan: jerapan istimewa (specific adsorpsi), chemisorpsi;
mendesak –OH dan -OH2 dan mengikat Al dan Fe; menjadi
Al-O-fosfat. P labil: fosfat diikat oleh satu ikata Al-O-P; segera terlepas
dari permukaan untuk mengisi larutan tanah; juga disebut sebagai “P aktif” . P
tidak labil: fosfat diikat oleh dua ikatan Al-O-P atau Fe-O-P; P tidak mudah
terlepas dari mineral menuju larutan tanah. Permukaan lempung: tepian mineral
lempung yang pecah; gugus -OH yang terbuka; serupa dengan pertukaran -OH di
permukaan oksida Al dan Fe; jerapan lempung 1:1 (kaolinit) >> lempung 2:1
(monmorillonit).
Tanah
kapuran: mineral karbonat; permukaan mineral dalam kondisi alkalin, karbonat
stabil terbentuk pada pH 7.8 atau lebih; fosfat menggantikan gugus CO3 2-;
ada juga yang terjerap pada permukaan Al(OH)3 dan Fe(OH)3
.
Tanah
halus memiliki kapasitas jerapan yang lebih tinggi dibanding tanah kasar,
karena luas permukaannya lebih besar. Tanah masam memiliki kapasitas jerapan
lebih besar dibanding tanah netral atau kapuran. Oksida Al dan Fe
memiliki kapasias jerapan lebih besar dibanding karbonat. Oksida amorf
memiliki kapasitas jerapan lebih besar dibandingkan bentuk kristalin, karena
luas permukaan lebih besar dan terjadi sebagai partikel diskrit atau selaput
atau lapisan film pada partikel tanah lainnya. Takaran pupuk lebih tinggi
diperlukan untuk menjaga kecukupan P larutan tanah pada tanah yang memiliki
kapasitas retensi yang besar
Persamaan
jerapan digunakan untuk menggambarkan kapasitas jerapan tanah:
(1).
persamaan Freundlich. Q=a.c^b . Jumlah P terjerap proporsional dengan
kadar P dalam larutan tanah. a,b adalah konstanta empirik dari setiap jenis
tanah. Persamaan ini bagus untuk kadar P rendah dalam larutan, tetapi tidak
menunjukkan kapasitas jerapan maksimum.
(2).
persamaan Langmuir. Q=abc/(1+ac) . Untuk menduga jika seluruh tapak jerapan
sudah terisi, tidak akan terjadi lagi jerapan. b = jerapan maksimum,
peningkatan P dalam larutan tidak akan meningkatkan jerapan
Eksistensi
suatu jerapan P maksimum memiliki implikasi terhadap gerapan P terlarut. Tanah
dapat menyemat banyak P dan mempertahankan P terlarut sedikit, tetapi kapasitas
retensi tersebut dapat terlampaui misalnya dengan pemberian sinambung dengan rabuk
yang memiliki kadar sangat tinggi (overload).
Presipitasi
Pada
tanah masam: dirajai kation terlarut Al dan Fe, menyebabkan presipitasi mineral
Al-fosfat dan Fe- fosfat. Pada tanah netral dan kapuran: dirajai kation
terlarut Ca, menyebabkan presipitasi mineral Ca-fosfat. Keadaan pH larutan dan
kelarutan Al, Fe dan Ca fosfat menentukan kadar P dalam larutan tanah,
perhatikan stabilitas mineral. Ketersediaan P maksimum pada pH 6 – 7, yaitu
diantara zona Al dan Fe fosfat dengan Ca fosfat yang tidak terlarut.
Reaksi presipitasi umumnya terjadi sangat lambat.
Pada
tanah masam: FePO4 . 2H2O + H2O
<–> H2PO4 - + H+ +
Fe(OH)3, jika kemasaman meningkat (H+), keseimbangan
bergerak ke kiri, Fe-fosfat mengendap dan P larutan menurun, jika kemasaman
menurun, keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut dan P larutan
meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 -,
keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut untuk mengisi P dalam larutan
tanah. Fe-fosfat padatan akan mempertahankan H2PO4 –
tetap pada aras keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.
Pada
tanah netral dan kapuran: CaHPO4 . 2H2O + H+
<–> Ca2+ + H2PO4 - + 2H2O,
jika kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat mengendap dan
P larutan menurun, jika kemasaman meningkat keseimbangan bergerak ke kanan,
Ca-fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4
-, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat melarut, mengisi P
dalam larutan tanah. Ca-fosfat padatan menjaga H2PO4 –
pada aras keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.
Ketersediaan
dan penyematan P dari pupuk
Faktor
kuantitas dan intensitas BC=ΔQ/ΔI, kapasitas penyanggaan dan penyematan saling
berkaitan. P dalam pupuk: sifatnya sangat larut dalam air (very soluble),
meningkatkan kadar P larutan. Faktor intensitas: kadar hara dalam larutan
tanah, adalah P yang segera tersedia. inilah yang mengalami asimilasi oleh
organisme, penjerapan oleh pemukaan dan rekasi presipitasi. Penyematan P
mengurangi intensitas (P dalam larutan), tetapi juga menjadi cadangan untuk mengisi
kembali P dalam larutan, yakni sebagai penyangga.
Kapasitas
penyanggaan (buffering capacity) adalah kemampuan tanah untuk
mempertahankan kadar hara dalam larutan tanah (ability of soil to maintain
nutrient concentrations in the soil solution) atau kapasitas fasa
padatan tanah untuk mengisi hara dalam larutan tanah yang diserap oleh tanaman
(capacity of solid soil phases to replenish solution nutrients taken up by
plant roots). Faktor kuantitas: meliputi P organik, P terjerap dan P
mineral, merupakan fraksi labil dan fraksi tidak labil.
- P labil : secara cepat dapat mengisi P dalam larutan, merupakan P terjerap yang mudah terurai, termasuk P organik yaitu dari fraksi bahan organik yang cepat terombak
- P tidak labil: secara perlahan akan mengisi P larutan atau P labil, meliputi P yang terjerap kuat, P organik dan P mineral.
Manajemen
P pupuk
Tujuan
untuk mengurangi penyematan P. Pada tanah yang memiliki kapasitas jerapan
tinggi, frekuensi pemberian harus tinggi dengan dosis yang rendah. Pengaruh
penempatan pupuk:
- disebar (surface applications): mobilitas P dalam tanah terbatas, P akan bergerak ke akar dengan sangat lambat.
- disebar dan dibenamkan (broadcast and incorporate): P diberikan pada zone perakaran, P terbuka penuh terhadap permukaan tanah, potensi penyematan P maksimal.
- larikan (band placement): mengurangi kontak tanah dengan pupuk, penyematan lebih sedikit dibanding jika disebar dan dibenamkan, akar akan menembus zona P.
- cara aplikasi terbaik: tergantung hasil uji tanah dan jenis tanah, larikan sangat penting pada tanah yang memiliki P rendah dengan kapasitas penyematan yang tinggi, pada tanah yang memilki P tinggi, atau tanah dengan kapasitas penyematan rendah aplikasi dengan cara disebarkan dan dibenamkan setiap 3-4 tahun cukup efektif.
4. KALIUM
Bentuk
dan fungsi K dalam tanaman
Unsur
K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah
hara N. Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama dengan N. K
tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa organik, tetapi bentuknya semata
ionik, K+ berada dalam larutan atau terikat oleh muatan negatif dari
permukaan jaringan misalnya: R-COO-K+. Fungsi utama
K adalah mengaktifkan ensim-ensim dan menjaga air sel.
Ensim
yang diaktifkan antara lain: sintesis pati, pembuatan ATP, fotosintesis,
reduksi nitrat, translokasi gula ke biji, buah, umbi atau akar. Pengaturan air
sel: K+ mengatur potensial air sel dan osmosis, Na+
dapat menggantikan fungsi K+ pada sebagian spesies. Turgor sel:
ketegaran tanaman, pembukaan dan penutupan stomata. Pengambilan air oleh akar:
tarikan osmotik. K dan ketahanan terhadap cekaman: ketahanan terhadap
kekeringan: mengatur transpirasi dan penyerapan air oleh akar, musim dingin
atau beku, ketahanan terhadap serangan penyakit jamur, ketahanan terhadap serangan
serangga, mengurangi kerebahan : batang lebih kuat.
Mobilitas
K
Unsur
K sangat lincah dalam tubuh tanaman, mudah dipindahkan dari daun tua ke bagian
titik tumbuh. Gejala kekahatan: klorosis/nekrosis ujung dan tepi daun, dimulai
dari daun tua atau bagian bawah tanaman (jika disebabkan kegaraman, maka gejala
tepi terbakar dimulai pada daun muda), pada legum: muncul becak putih atau
nekrosis pada tepi daun, sering jumbuh dengan bekas gigitan serangga, tanaman
rebah, tidak tahan kekeringan, rentan terhadap serangan penyakit dan serangga.
Jika
K berlebihan tidak secara langsung meracuni tanaman. Kadar K dalam tanah yang
tinggi dapat menghambat penyerapan kation yang lain (antagonis) dapat
mengakibatkan kekahatan Mg dan Ca. K dapat mengatasi gangguan karena kelebihan
N yang merangsang pertumbuhan vegetatif, tanaman menjadi sukulen (basah),
mudah rebah dan rentan terhadap serangan penyakit/serangga, sedangkan K
memiliki pengaruh yang sebaliknya.
Sumber
K
- Bahan organik: sebagian besar K mudah terlindi dari seresah tanaman, pelepasan tersebut tidak berkaitan dengan tingkat perombakan sebagaimana N atau P, hal ini disebabkan K tidak menjadi komponen dalam struktur senyawa organik.
- Rabuk, kompos dan biosolid: kebanyakan K dalam bentuk terlarut, sehingga segera tersedia bagi tanaman
- K tertukar: sebagai K+ dalam kompleks pertukaran, pertukaran merupakan reaksi dalam tanah yang paling penting bagi K
- K tidak tertukar : K+ pada posisi antar kisi dalam mineral lempung 2:1
- Pelarutan mineral K: kebanyakan tanah memiliki kadar K total yang tinggi, K yang dimiliki tersebut lebih banyak dibanding hara yang lain, sedangkan untuk tanah pasir secara alami kandungan K memang rendah, sumber K adalah mineral feldspar dan mika, yang akan tersedia dengan lambat, ini menjadi sumber K dalam jangka panjang, K tersedia merupakan sebagian kecil saja dari K total
- Pupuk K
Bentuk
K yang diserap tanaman
Unsur
K diserap dalam bentuk kation (K+). Konsumsi berlebihan: jika K+
terlarut sangat tinggi, tanaman akan menyerap lebih banyak K dibanding yang
diperlukan, ini menyebabkan kelebihan (banyak sekali) K yang terangkut oleh
panen, sehingga dapat menyebabkan ketimpangan hara bagi ternak, yakni
kekurangan Ca, Mg, Na.
Gerakan
K menuju akar
Kadar
K dalam larutan tanah umumnya 1-10 ppm, sedangkan rerata untuk tanah pertanian
adalah 4 ppm. K+ bergerak karena difusi dan aliran masa. K bergerak
menuju akar terutama oleh disfusi, pada kebanyakan tanah besarnya mencakup 90%.
Jangkauan gerakan K sangat terbatas, selama satu musim tanam hanya 1-4 mm.
Gerakan K karena aliran masa sangat penting pada tanah yang memiliki K tinggi,
demikian juga K yang berasal dari pupuk K yang diberikan, atau pada tanah
dengan KPK yang rendah.
Alih
rupa K dalam tanah
- Pertukaran kation: jerapan dan pelepasan dari permukaan lempung atau bahan organik tanah.
- Penyematan: K berada di antara kisi lempung, yaitu pada mineral lempung sekunder, pelepasan K ini sangat lambat karena sukar ditukar kation lain
- Pelapukan mineral primer: feldspar, mika
Ketersediaan
K
- Segera tersedia: K labil, K dalam larutan tanah atau komplek pertukaran, meliputi 1-2% dari total K dalam tanah.
- Tersedia lambat : K tidak tertukar, K tersemat, meliputi 1-10% K total dalam tanah.
- Tidak tersedia: K dalam struktur mineral primer, dengan lambat akan mengisi pangkalan K tersedia, meliputi 90-98% total K dalam tanah.
Pertukaran
kation
Reaksi
pertukaran kation dirajai oleh kelakuan K dalam tanah. Terjadi keseimbangan
yang cepat antara K tertukar dengan K larutan tanah, K tertukar menjadi
penyangga yang akan mengisi K dalam larutan, perlu diingat kembali konsep
faktor kuantitas dan intensitas (BC = ΔQ/Δ I ).
K dalam larutan tanah dan K tertukar dipengaruhi oleh jenis dan jumlah kation
yang lain serta watak tapak pertukaran tanah. K+ dipegang lebih
lemah dibandingkan kation polivalen lainnya dengan deret kekuatan ikatan
: Al3+ > Ca2+ > Mg2+ > K+
= NH4+ > Na+ , (ingat Lyotropic series)
. Kejenuhan basa dan pH tanah: jerapan K lebih tinggi jika kejenuhan basa lebih
tinggi, K+ segera menggantikan Ca2+ dan Mg2+
lebih cepat dibandingkan Al3+ . Pengapuran meningkatkan jerapan K+,
pengapuran meningkatkan kejenuhan basa (Ca2+ dan Mg2+),
peningkatan jerapan K+ tersebut sejalan dengan adanya peningkatan
KPK yang disebabkan bertambahkanya muatan karena kenaikan pH (ingat variable
charge).
Tipe
tapak pertukaran K+ : (1).posisi p (planar): permukaan luar dari
mineral lempung, nonspesifik, (2). posisi e (edge): tepian mineral lempung,
spesifik untuk K, (3). posisi I (inner): permukaan dalam mineral lempung,
sangat spesifik bagi K. K dalam larutan tanah disangga oleh K+ pada
posisi “p” .
K
tidak tertukar
K
dalam posisi ini tidak segera tersedia, tetapi dalam keseimbangan dengan
pangkalan K labil: “K tidak tertukar –> lambat –> K tertukar
–> cepat –> K larutan tanah”. Penyematan dan pelepasan
K: mineral primer mika membentuk mineral sekunder: lempung 2:1, yaitu Illit dan
vermikulit. “Fixed” K: K+ terikat pada posisi antar kisi, merekatkan
kedua kisi, menghilangkan sifat kembang kerut lempung tersebut. proses dapat
balik dengan lambat : pelepasan K: Mika –> illit –> vermikulit,
penyematan K: K pupuk bergerak menuju tapak antar kisi pada lempung 2:1,
Vermikulit à illit. Penyematan Ammonium (NH4+) dapat juga
terjadi untuk mengisi posisi antar kisi tersbut
Faktor
yang mempengaruhi penyematan dan pelepasan K: (1). jumlah dan jenis lempung,
(2). kehadiran NH4+ dan (3). daur lengas tanah:
basah/kering, beku/cair, pengaruhnya bervariasi tergantung kadar K
tertukar dan jenis lempung
Pelapukan
mineral K
Unsur
K terlepas dari pelapukan mika: Mika memiliki kisi silikat 2:1 (pada mineral
primer), akan membentuk mineral lempung sekunder 2:1. K-feldspar: pelapukan
lebih lambat dibanding mika, pelepasan K akan terjadi setelah adanya pelarutan
mika, pada tanah dengan tingkat pelapukan sedang (moderately weathered
soils) maka kandungan K akan tertinggi sedangkan pada tanah yang sudah
mengalami pelapukan lanjut (highly weathered soils) kadar K akan rendah.
Alih
tempat K
Kehilangan
K dari tanah setiap tahunnya, lebih besar dibanding N atau P. Erosi:
kehilangannya besar pada tanah yang kaya K. Pelindian: K lebih mudah terlindi
dibanding P, sedikit pelindian jika KPK tanah tinggi. pelindian dominan pada
tanah dengan KPK rendah, yaitu tanah pasiran masam yang memiliki KPK berasal
dari muatan terubahkan dari bahan organik, atau wilayah tersebut memiliki curah
hujan yang tinggi, atau menggunakan irigasi yang baik
K
tersedia bagi tanaman
Faktor
kuantitas dan intensitas, BC = ΔQ/Δ I .
Faktor intensitas (I): kadar hara larutan tanah, yaitu hara yang segera
tersedia bagi tanaman. Faktor kuantitas (Q): K tertukar, K ini berada dalam
keseimbangan dengan K yang berada dalam larutan, artinya jika K dalam larutan
diserap oleh akar, maka akan segar diisi kembali. BC sebanding dengan KPK: uji
tanah mengukur K tertukar, sejumlah K yang tidak tertukar (nonexchangeable atau
fixed) dapat juga dilepaskan menjadi tersedia selama musim tanam
K
pupuk: sangat larut dalam air, meningkatkan kadar K dalam larutan tanah.
Tambakan K tersebut segera akan mengisi tapak pertukaran atau mengalami
penyematan. Pada tanah dengan BC yang tinggi padatan tanah akan mengambil K
yang berada dalam larutan tanah, menyebabkan kadar (intensitas) K dalam larutan
mungkin lebih rendah dibandingkan tanah yang memiliki KPK yang lebih rendah.
Meskipun demikian kemampuannya untuk menjaga stabilitas kadar K dalam larutan
jelas lebih lama.
Penyerapan
K oleh tanaman dipengaruhi adanya kation lain dalam tanah. Nisbah aktivitas
larutan (solution activity ratios) dapat digunakan untuk menaksir ketersediaan
K: Aktivitas K+ / (aktivitas Ca2+ + aktivitas Mg2+)½,
perlu mempertimbangkan Al3+ di tanah masam dan Na+ di
tanah garaman
Manajemen
K pupuk
Aplikasi
pupuk K: berikan pupuk dalam jumlah yang sedikit tetapi lebih sering (use
smaller but more frequent) pada tanah dengan daya penyematan yang tinggi atau
untuk membatasi konsumsi yang berlebihan dan hilang karena pelindian.
Penempatan
pupuk: (1). aplikasi permukaan K memiliki keterbatasan mobilitas dalam tanah, K
yang diberikan di permukaan tanah akan bergerak menuju akar dengan sangat
lambat, (2). disebarkan dan dibenamkan, menempatkan K pada zona perakaran,
penyematan K akan maksimum pada tanah dengan tektsur halus dan memiliki daya
semat yang tinggi, (3). lingkaran, kontak antara tanah dengan pupuk
terbatas, dapat mengurangi penyematan K, sangat bermanfaat pada tanah yang
memiliki kadar K rendah tetapi punya daya semat yang tinggi.
K
yang berada dalam mineral jika mengalami pelapukan akan menyediakan sejumlah K
yang cukup berarti pada beberapa tanah, perlu diperhatikan dalam pemupukan.
Pengapuran dapat meningkatkan kejenuhan basa dan KPK tanah karena sumbangan
muatan terubahkan, dapat meningkatkan K tersedia dan mengurangi pelindian K
6. KALSIUM
Bentuk
dan fungsi Ca dalam tanaman
- Hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, lebih sedikit dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S, dan Mg.
- Kebanyakan Ca berada dalam dinding sel dan dinding membran: hara “apoplastik”, fungsi utama berada di luar sitoplasma, perannya dalam metabolisme sedikit, menjadi jembatan divalen yang mengubungkan antar molekul dan bersifat reversible.
- Komponen struktural membran sel, menjaga stabilitas membran dan integritas sel: mengatur selektivitas serapan ion, mengatur permeabilitas membran dan mencegah kebocoran larutan dalam sel.
- Komponen struktural dinding sel, berupa Ca-pektat di lamela tengah diantara dinding sel yang saling berdekatan berfungsi menguatkan dinding sel dan ketahanan terhadap infeksi jamur, atau berada di antara dinding sel dengan membran plasma, fungsi membran.
- Diperlukan dalam pemanjangan dan pembelahan sel: membentuk dinding sel dan membran sel yang baru, ini merupakan fungsi pengaturan sebagaimana fungsi struktur, dan ikatan yang reversible di dalam membran dan dinding sel memungkinkan sel untuk tumbuh dan berkembang.
Mobilitas
Ca
Unsur
Ca sangat tidak mobil dalam tanaman, alih tempat terbatas dari daun tua ke
bagian yang sedang tumbuh, dapat menyebabkan kekurangan Ca dalam buah, umbi dan
titik tumbuh akar dan batang, kekahatan Ca dapat saja terjadi pada tanah yang
memiliki kadar Ca yang tinggi, terutama jika laju transpirasinya rendah. Gejala
kekahatan pertumbuhan titik tumbuh batang dan akar terhambat, daun pada jagung
lengket (sticky), daun yang baru terbentuk tergulung, gangguan
fisiologis pada organ penyimpanan: “blossom end rot” pada tomat dan
lombok, “bitter pit” pada apel atau terbakar pada tepi daun serta,
“cupping” pada daun muda, ujung daun terbakar pada sawi. Keturahan Ca
tidak secara langsung meracuni tanaman atau organisme lain, tanah yang memiliki
Ca tinggi dapat menghambat serapan hara yag lain, dapat juga menyebabkan
kekahatan K atau Mg
Sumber
Ca
- Bahan organik: sebagian besar Ca dapat dengan cepat terlindi dari seresah tanaman, sebagian yang lain mengalami mineralisasi pada awal tahapan perombakan bahan tersebut.
- Rabuk, kompos dan biosolid: sebagian besar Ca adalah larut dalam air, bentuk yang segera tersedia, dapat dengan mudah hilang sebelum bahan tersebut diberikan di lapangan.
- Ca tertukar: Ca2+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan, pertukaran kation merupakan reaksi paling penting bagi unsur Ca dalam tanah.
- Pelarutan mineral Ca: kehadiran mineral Ca di dalam tanah sangat bervariasi. Pada tanah yang kasar kadar Ca lebih rendah dibanding tanah yang halus teksturnya, kadar Ca juga rendah pada tanah yang sudah terlapuk lanjut, kadarnya cukup banyak pada tanah humida, atau wilayah beriklim temperate, tanah permukaan mungkin memiliki kadar Ca yang lebih rendah karena sifatnya asam. Kadar Ca rendah pada tanah kapuran, terbentuk senyawa Ca karbonat, terbentuk Gipsum (CaSO4) pada tanah kering.
- Kapur dan pupuk: kebanyakan Ca yang diberikan ke dalam tanah adalah senyawa untuk menetralisir kemasaman tanah, terutama CaCO3 dan CaMgCO3. Gipsum digunakan untuk memasok Ca tanpa mempengaruhi pH tanah, Ca juga terkandung dalam pupuk superfosfat
Serapan
Ca oleh tanaman
Unsur
Ca diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+ . Penyerapan Ca2+
terbatas pada ujung akar: wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel
endodermis belum mengalami suberisasi. Ca memasuki pembuluh xilem melalui jalur
apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas, diperlukan pertumbuhan akar
terus menerus agar pengambulan Ca mencukupi kebutuhan. Pengangkutan melalui xilem,
Ca terbawa oleh aliran air transpirasi. mobilitas lewat floem terbatas
Gerakan
Ca menuju akar
Kation
Ca2+ dipasok oleh intersepsi akar dan aliran masa, Ca2+
di kebanyakan tanah bersifat sangat mobil , kadar dalam larutan tanah 30-300
ppm, kecukupan untuk tanaman secara umum > 15 ppm, Ca akan mengumpul di
sekitar akar, pada tanah yang memiliki kadar Ca yang tinggi.
Transformasi
Ca dalam tanah
- Pertukaran kation: Adsorsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik
- Presipitasi – pelarutan kapur dan mineral sekunder: karbonat dan Ca-fosfat
- Pelapukan mineral primer
Pertukaran
kation (cation exchange)
Reaksi
pertukaran kation merajai kelakuan Ca dalam tanah. Terjadi keseimbangan yang
cepat antara Ca tertukar dengan Ca larutan. Ca tertukar menyangga Ca dalam larutan.
Ikatan Ca2+ lebih kuat dibanding kation lain dengan urutan: Al3+
> Ca2+ > Mg2+ > K+ = NH4+
> Na+.
Ketersediaan
Ca bagi tanaman
Kejenuhan
basa dan pH tanah: kejenuhan Ca2+ yang tinggi diperlukan agar hara
ini tersedia bagi tanaman. Angkanya beragam sesuai tipe tapak pertukaran :
kejenuhan pada lempung 2:1 besarnya >70% , sedangkan pada bagan organik
tanah dan lempung 1:1 besarnya 40 to 50%. Pada ph yang rendah Ca kurang
tersedia: disebabkan kejenuhan Ca2+ rendah, adanya Al3+
dalam larutan menghambat penyerapan Ca2+ . Kation yang lain misalnya
Mg2+, K+, NH4+ jika kadarnya tinggi
akanmenghambat penyerapan Ca, sebaliknya anion Nitrat akan meningkatkan serapan
Ca.
Pengangkutan
Ca
Kehilangan
Ca dapat disebabkan erosi: kehilangan akan lebih tinggi pada tanah yang
memiliki KPK lebih tinggi , atau pelindian: seringkali Ca merajai sebagai
kation di dalam air pelindian dan bergerak menuju saluran drainase, menjadi
faktor penting munculnya pemasaman tanah.
Pengelolaan
Ca
Umumnya
dilakuakan pengapuran, jika pH suatu tanah pada level baik umumnya Ca mencukup
kebutuhan tanaman. Kekahatan: tanah pasiran dengan KPK rendah yang terlindi
hebat, tanaman yang memerlukan pH rendah untuk tumbuhnya, misalnya kentang
untuk mengatasi scab, tanaman yang memerlukan Ca tinggi . Gangguan
fisilogis seringkali bukan karena masalah kesuburan tanah, tetapi:
masalah distribusi atau alihtempat, atau pasokan untuk jaringan
tidak mencukupi karena laju transpirasi rendah, untuk : buah atau daun muda,
sehingga menimbulkan gejala blossom end rot atau tipburn. Managemen
air: dipacu (aggravated) oleh kondisi selang-seling basah dan kering,
diperlukan pengambilan Ca secara sinambung, manajemen irigasi yang lebih baik.
Penyemprotan Ca dalam beberapa hal sangat membantu, harus mencapai jaringan
yang terkena gejala, penyemprotan dapat meningkatkan masa penyimpanan buah yang
dipetik.
7. MAGNESIUM
Bentuk
dan fungsi Mg dalam tanaman
Merupakan
hara makro sekunder, diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih
sedikit dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S dan Ca; umumnya Mg
<Ca. Esensial untuk fotosintesis: menjadi atom pusat dari molekul
klorofil, jumlahnya 15- 20% total Mg dalam tanaman. Komponen struktural pada
ribosom: sintesis protein. Aktivasi ensim: transfer fosfat dan gugus karboksil,
yaitu reaksi ATP dan transfer energi, fiksasi CO2 oleh RuBP
carboxylase.
Mobilitas
Mg
Mg
bersifat mobil dalam tanaman: dialihtempatkan dari daun tua ke titik
tumbuh. Gejala kekahatan yang muncul: dimulai pada daun tua dibagian
bawah tanaman; kenampakan utama berupa klorosis kekuningan diantara tulang daun
(interveinal chlorosis), sedangkan tulang daun tetap hijau, hal ini mirip
dengan gejala kekahatan Fe; pada beberapa tanaman daun di bagian bawah membentuk
a reddish-purple cast; jika lanjut daun mengalami nekrosis.
Kelebihan Mg tidak secara langsung meracuni tanaman atau organisme, kelebihan
Mg dapat disimpan di vakuola, kadar Mg yang tinggi dalam tanah menghambat
penyerapan kation yang lainnya, misalnya menmgakibatkan kekahatan K atau
Ca.
Sumber
Mg
- Bahan organik: kebanyakan Mg segera terlindi dari seresah, sisanya mengalami mineralisasi pada tahap awal perombakan residu tersebut.
- Rabuk, kompos dan biosolid: kebanyakan Mg terlarut, segara tersedia. oleh karena itu denganmudah hilang sebelum diberikan ke lahan
- Mg tertukar: Mg2+ termasuk kation dapat ditkar, pertukaran kation termasuk reaski terpenting bagi Mg dalam tanah
- Pelarutan mineral Mg: yaitu mineral primer atau mineral lempung sekunder, tanah kasar lebih sedikit kandungan Mg dibanding tanah halus, kadar Mg lebih tinggi pada lahan kering semi arid atau arid.
- Kapur dan Pupuk : Mg berada dalam senyawa yang dibgunakan untukmentralkan pH tanah, terutaam dalam bentuk batu kapur dolomit (CaMgCO3), bentuk yang lain misalnya garam Epsom (MgSO4 ) dan K2SO4 . MgSO4 (Sul-Po-Mag)
Bentuk
Mg yang diserap tanaman
Mg
diserap tanaman dalambentuk kation divalen Mg2+
Gerakan
Mg menuju akar:
Mg2+
dipasok oleh mass flow dan root interception. Root interception Mg jauh lebih
rendah dibanding pada Ca. Kadar dalam larutan tanah 5-50 ppm, pada tanah iklim
sedang (temperate).
Transformasi
Mg dalam tanah
- Pertukaran kation: Adsorpsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik
- Presipitasi – dissolusi kapur dan mineral sekunder: gamping dolomiti; mineral lempung kaya Mg (lempung 2:1 , vermiculite)
- Pelapukan mineral tanah primer: Biotite, hornblende, olivene
Pertukaran
kation
Reaksi
pertukaran kation paling menentukan kelakuan Mg dalam tanah. Keseimbangan cepat
antara tertukar dengan terlarut: Mg tertukar menyangga Mg dalam larutan, ingat
faktor kuantitas dan intensitas. Mg2+ diikat lebih kuat dibanding
kationmonovalen: Al3+ > Ca2+ > Mg2+ >
K+ = NH4+ > Na+
Ketersediaan
Mg bagi tanaman
Kejenuhan
Mg dan pH: diperlukan kejenuhan Mg2+ >10% agar mencukupi tanaman,
kejenuhan Mg2+ diperlukan lebih tinggi pada tanah lempung 2:1
dibanding, tanah dengan KPK yang bersumber dari bahan organik atau lempung 1:1,
Mg kurang tersedia pada pH rendah: karena kejenuhan Mg2+ lebih
rendah, kehadiran Al3+ dalam larutan menghambat penyerapan Mg2+
. Kation lain: Jika kadar Ca2+, K+, NH4+ tinggi
akan mengganggu penyerapan Mg2+, Nitrat dibandingkan Ammonium, akan
meningkatkan serapan Mg2+
Pengangkutan
Mg
- Erosi: jika KPK lebih tinggi kehilangan akan lebih tinggi
- Pelindian: Mg merupakan kation dalam air pelindian menuju saluran drainase, menyumbang pemasaman tanah
Manajemen
Pupuk Mg
Pengapuran:
Mg dengan mudah dapat dikelola dengan pengapuran pada tanah berpH rendah
(dengan kapur dolomit), pengapuran dapat menyebabkan kekahatan Mg jika kadar Ca
yang tinggi (kalsit) digunakan pada tanah dengan kadar Mg yang rendah].
Kekahatan: tanah masam, pasiran dengan KPK rendah dengan pelindian yang hebat,
pemupukan K (KCl and K2SO4) dapat meningkatakan
kehilangan tersebut, tanah dengan kadar K yang tinggi menyebabkan kekahatan Mg
karena menghambat penyerapan Mg. Grass tetany: kekahatan Mg pada ternak
dapat terjadi meskipun kadar dalam tanaman belum kahat, lebih hemat memberi
garam Epsom pada pakan ternak dibanding pemupukan lewat tanah
8. SULFUR
Bentuk
dan fungsi S dalam tubuh tanaman
Unsur
S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebhi sedikit dibanding
N atau K, serupa dengan P, Ca dan Mg.; sebagai penyusun asam amino
essensial: sistin, sistein dan metionin, 90% S dalam tanaman berupa protein,
ikatan disulfida, susunan protein dan aktivitas ensim, pembentukan klorofil;
Ferredoksin: protein Fe-S, reaksi redoks: fotosintesis, penyematan nitrogen,
reduksi nitrat dan sulfat; koensim: koensim A dan vitamin, biotin, thiamine,
B1; senyawa volatil: tanaman keluarga Onion dan crucifer (cabbage).
Mobilitas
S
Unsur
S relatif tidak mobil dalam tanaman: tidak segera dapat dialihtempatkan dari
daun yang tuda ke bagian titik tumbuh, gejala kekahatan muncul pertama pada
bbagian atas yaitu daun muda. Gejala kekahatan: kerdil (stunted), pertumbuhan
spiral (spindly growth), seringkali seluruh tanaman menjadi klorosis seragam
(uniformly chlorotic), tanaman Crucifer membentuk warna kemarahan dan ungu,
kadar protein rendah, pengumpulan N bukan protein. Jika kadar S berlebihan
tidak secara langsung mempengaruhi tanaman tersebut atau organisme yang
memakannya, tetapi dapat menyebabkan masalah kegaraman karena S merupakan anion
yang dominan pada tanah salin, pelindian yang hebat dari SO4=
meningkatkan kehilangan kation.
Sumber
S
- Perombakan bahan orgaik tanah, karena 90% S dalam tanah berada dalam bentuk organik tersebut
- Rabuk, kompos dan biosolid.
- Sulfat yang terjerap pada tapak pertukaran anion dari oksida Al dan Fe.
- Mineral S: pada musim kering sulfida dalam bentuk anaerob.
- Pengendapan atmosfer dari inudstri, hujan asam.
- Pupuk S.
Bentuk
S yang diserap tanaman
- Penyerapan langsung SO2 oelh daun: jumlahnya kecil, jika kadar S dalam udara tinggi akan meracuni tanaman.
- Penyerapan akar etrutama dalam bentuk: sulfat (SO4=).
Gerakan
S menuju akar
Di
dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. Terutama beregrak
karena aliran masa (mass flow), difusi memiliki arti penting pada tanah dengan
kadar S yang rendah. Kadar dalam larutan tanah 5-20 ppm. Aras yang mencukupi
kebutuhan tanaman 3-5 ppm dalam tanah
Transformasi
S dalam tanah
Proses
alih rupa antara lain: Mineralisasi – immobilisasi, Adsorpsi – desorpsi,
Presipitasi – dissolusi, Oksidasi – reduksi, Volatilisasi.
Mineralization
– imobilisasi
- Daur S organik serupa dengan N organik.
- Mineralisasi : melepas S menjadi anorganik, SO4 tersedia bagi tanaman
- Imobilisasi (assimilation): kebalikan dari mineralisasi, pengambilan S anorganik dari tanah oleh mikrobia untuk membentuk tubuhnya
- Keseimbangan antara mineralisasi dan imobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dan N:S, nisbah C:N:S bahan organik sekitar 120:10:1,4.
- Dalam bahan organik terkandung 1% S. Dengan susunan bentuk ester dan eter sulfat sebesar 30-60% melalui ikatan C-O-S, bentuk asam amino sekitar 10-20%, residual S sebesar 30-40%.
- Ensim sulfatase : mirip dengan ensim fosfatase, melepas sulfat dari ester sulfat.
- Pengaruh nisbah C:S : (1) C:S >400 S imobilisasi > S mineralisasi, (2) C:S = 200-400 S imobilisasi = S mineralisasi, (3) C:S <200 S mineralisasi > S imobilisasi.
Adsorpsi
– desorpsi
- Senyawa SO4 2- yangterjerap merupakan bentuk S dari pangkalan labil bersifat segara tersedia, mengisi kekosongan pada larutan tanah . Uji S tanah umumnya misalnya ekstraksi dengan Ca-fosfat.mengukur S yang terlarut ditambah S yang terjerap. Reaksi ini penting pada tanah yang telah terlapuk dengan lanjut. Kekuatan adsorpsi: H2PO4- > SO4= > NO3-.
- Faktor yang mempengaruhi kapasitas jerapan: koloid tanah, hidroksida Fe-Al, kandungan lempung tipe 1:1, kemasaman tanah, besarnya muatan tergantung pH, kapasitas pertukaran anion.
- Komposisi larutan tanah juga mempengaruhi: kadar SO4, keberadaan anion dan kation lainnya, pendesakan oleh fosfat.
Presipitasi
– dissolusi
- Gypsum (CaSO4) di daerah kering, merupakan bentuk pengendapan bersama antara S dengan Ca-karbonat pada tanah kapuran
- Sulfida pada kondisi anerob di tanah tergenang: H2S mengendap sebagai FeS atau ikatan logam-S yang lainnya, untuk melarutkan diperluakn proses oksidasi.
Okidasi
– reduksi
- Bentuk S : beragam dari bilangan oksidasi -2 sampai + 6, yaitu silfida, polisulfida, S elemen, tiosulfat, sulfit dan sulfat.
- Bentuk oksidasi terbanyak sebagai sulfat, sulfat yang diserap tanaman akan direduksi menjadi S organik.
- Proses Oksidasi dan reduksi S dibantu oleh mikrobia
- Senyawa S anorganik tereduksi terdapat pada tanah tergenang kondisi anaerob : (wetlands, swamps, tidal marshes), pada kondisi aerob segera mengalami oksidasi.
- Oksidasi S: mikrobia ototrofik dan heterotrofik : Thiobacillus sp. meneybabkan pemasaman. H2S + 2O2 à H2SO4 à 2H+ + SO4= dijumpai pada daerah tambang (acid mine drainage) terjadi oksidasi senyawa sulfida speerti pyrite (FeS). Dapat juga digunakan di lahan pertanian untuk mengoksidasi S elemen : 2S + 3O2 + 2H2O à 2H2SO4 à 4H+ + 2SO4=
Pengangkutan
S
- Erosi: hilangan bersama bahan organik
- Pelindian: sulfat sangat mobil dalam tanah, sulfat merupakan anion yang dominan pada air lindian, pelindinan meningkat jika kandungan kation monovalen (K+, Na+) besar
- Hilang karena volatilisasi
Volatilisasi
Kehilangan
karena menguap: hasil transformasi mikrobia dalam tanah, misalnya
dimethyl sulfide (CH3SCH3), atau karbon disulfide, methyl
mercaptan, dan dimethyl disulfida. Pengaruhnya terhadap kesuburan tanah rendah.
Dapat juga menguap melalui daun, hal ini mempengaruhi mutu pakan.
Manajemen
pupuk S
Pada
tanah pasiran sering kekahatan S, karena rendahnya bahan organik tanah dan
pelindian yang hebat terhadap SO4, kebutuhan tanaman beragam:
diperlukan oleh alfalfa, clovers, canola, kubis dan sayuran serupa, hmt
Brassicas, bawang merah danbawang putih, hmt rerumputan atau legum, rumput
menyerap S lebih cepat dibanding legum. Sumber sulfur: S unsur (tidak
segera tersedia, harus dioksidasi lebih dahulu menjadi SO4, oksidasi
berlangsung dalam reaksi masam). Sumber lain ikut dalam superfosfat. SSP (14%
S), TSP (1,5% S).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar