MATERI IV
KONTROL POLINASI
1.1
TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan kontrol
polinasi pada tanaman jagung, timun, pare, dan kacang panjang.
1.2
PENDAHULUAN
Perkawinan antar species merupakan
salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan
pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan
varietas yang meiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang
nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.
Perkawinan silang antar species dan
dalam species memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik
nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga
dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan
diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan merupakan suatu pertanda
bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga
merupakan salah satu cara penglompokan tanaman dalam taxonomi. Tanaman yang
sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang
berada pada vase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih
memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan
biji. Kemampuan masing-masing makanan untuk melakukan pembungaan berbeda baik
dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
Proses penyebrukan ditandai dengan
menempelnya serbuk sari ke kepala putik. Setiap jenis-jenis tanaman memiliki
cara tersendiri dalam proses tersebut secara alami. Penyerbukan tanaman oleh
manusia baik untuk memperoleh varietas baru maupun untuk mendapatkan produk
dari tanaman tersebut harus memperhatikan proses penyerbukan tanaman secara
alami itu sendiri.
1.3
BAHAN
DAN METODE
a)
Alat dan bahan
-Pinset -cutter -petridish -alkohol 95%
-kuas -benang -spidol -kertas label
-kertas roti dan klip
b)
Prosedur kerja
a.
Pengumpulan tepung sari
Tepung
sari dapat dikumpulkan dengan cara mengambil kotak sari yang belum pecah dengan
pinset, dikumpulkan dalam suatu tempat (petridish), kemudian digerus sampai
halus dan diberi air steril. Setelah itu tepung sari siap digunakan untuk
persilangan dengan mengoleskan gerusan tersebut kebunga betina yang telah
dipilih.
b.
Kastrasi
Kastrasi
adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja agar tidak terjadi
persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jnatan mulai muncul
tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah menyembul di dua
sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari yang telah pecah
berwarna krem coklat kehitaman. Kastrasi dilakuakn setiap hari sesuai dengan
kemuculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara melakukan kastrasi, yaitu;
1. Menggunakan pompa hisap, 2. Perlakuan dengan alkohol, 3. Secara manual
dengan pinset.
c.
Cara penyerbukan
Saat
ini yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan adalah pada saat bunga
betina telah mekar ½ sampai ¾ bagian dan kepala putik berwarna putih. Pada saat
itu, bunga jantan (serbuk sari) pada tandan tersebut belum pecah atau masak.
Beberapa cara persilangan buatan yang dapat dilakukan adalah:
a) Tandan
bunga yang telah
dikastrasi diserbuki dengan tepung sari menggunakan kuas. Tepung sari bisa
dalam keadaan kering atau basah (dilarutkan dalam ± 2 ml air steril), kemudian
dioleskan kekepala putik. Persilangan dilakukan 2-3 kali sampai bunga betina
tidak reseptif lagi.
b) Tandan
bunga betina yang reseptif ditempelkan pada tandan bunga jantan yang telah
mekar dan kotak sarinya telah pecah.
c) Tandan
bunga betina yang masih reseptif tetapi belum pecah kotak sarinya diolesi
dengan bunga jantan yang kotak sarinya telah pecah. Persilangan diulang 2-3
kali pada hari berikutnya.
Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan cara ketiga, karena cara ini dianggap lebih baik daripada cara-yang
lainnya. Setelah disilangkan, tandan bunga dikerudungi dengan kantong kertas
roti dengan ukuran lebar 11 cm dan panjang 17 cm (atau disesuaikan dengan
kebutuhan dilapangan). Hal ini dimaksudkan agar tidak terkontaminasi oleh
pollen yang tidak diinginkan. Kastrasi dilakukan setiap hari sampai bunga
jantan pada tandan bunga habis.
Selanjutnya kerudung dilepas dan
diganti dengan label untuk membedakan tandan hasil persilangan dan tandan yang
belum disilangkan. Pada label ditulis tetua betina dan diikuti dengan tetua
jantan serta tanggal persilangan. Pada waktu panen label dibiarkan beserta
tandan. Etiket lengkap ditempel pada amplop atau wadah plastik tertutup yang
berisi biji-bijian tersebut, kemudian disemaikan.
1.4
PERTANYAAN
1. Apa
tujuan kita memberi label pada tanaman yang telah disilangkan?
2. Berapa
umur tanaman yang anda silangkan?
3. Sebutkan
ciri-ciri bunga jantan yang belum matang?
4. Kenapa
kita harus melakukan kastrasi?
5. Apa
yang dimaksud dengan kontrol polinasi?
1.5
JAWAB
1. Untuk membedakan tandan hasil persilangan dan tandan yang
belum dihasilkan.
2. Yaitu pada saat bunga betina
telah mekar ½ sampai ¾ bagian dan kepala putik berwarna putih. Pada saat itu,
bunga jantan (serbuk sari) pada tandan tersebut belum pecah atau masak.
3. Bunga jantan yang belum matang itu belum
pecah biasanya menyembul
di dua sisi bunga betina dan berwarna putih,
4. Agar tidak terjadi
persilangan sendiri.
5. Kontrol polinasi adalah proses jatuhnya serbuk sari (
pollen ) ke kepala putik (stigma) sehingga terjadi proses pembuahan.
DAFTAR PUSTAKA
Poepodarsono,
S. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Pengetahuan.
Pau- Ipb. Bogor. Hal 45- 49.
Moeljopawiro,
S, dan Bustaman M, 1993. Pemuliaan dan
Biologi Molekuler. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Sitepoe
M, 2001. Rekayasa Genetika. Jakarta:
Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar