Translate

Senin, 27 Januari 2014

LAPORAN PEMULIAAN TANAMAN BAB IV "KONTROL POLINASI"



MATERI IV
KONTROL POLINASI


1.1                   TUJUAN
            Mahasiswa dapat melakukan kontrol polinasi pada tanaman jagung, timun, pare, dan kacang panjang.

1.2                   PENDAHULUAN
            Perkawinan antar species merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan varietas yang meiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.
            Perkawinan silang antar species dan dalam species memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan sifat-sifat pada bunga.
            Pembungaan merupakan suatu pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu cara penglompokan tanaman dalam taxonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang berada pada vase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan biji. Kemampuan masing-masing makanan untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
            Proses penyebrukan ditandai dengan menempelnya serbuk sari ke kepala putik. Setiap jenis-jenis tanaman memiliki cara tersendiri dalam proses tersebut secara alami. Penyerbukan tanaman oleh manusia baik untuk memperoleh varietas baru maupun untuk mendapatkan produk dari tanaman tersebut harus memperhatikan proses penyerbukan tanaman secara alami itu sendiri.

1.3                   BAHAN DAN METODE
a)             Alat dan bahan
              -Pinset               -cutter                  -petridish             -alkohol 95%
              -kuas                  -benang                -spidol                  -kertas label
              -kertas roti dan klip


b)                 Prosedur kerja
a.         Pengumpulan tepung sari
                   Tepung sari dapat dikumpulkan dengan cara mengambil kotak sari yang belum pecah dengan pinset, dikumpulkan dalam suatu tempat (petridish), kemudian digerus sampai halus dan diberi air steril. Setelah itu tepung sari siap digunakan untuk persilangan dengan mengoleskan gerusan tersebut kebunga betina yang telah dipilih.


b.        Kastrasi
                   Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja agar tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jnatan mulai muncul tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari yang telah pecah berwarna krem coklat kehitaman. Kastrasi dilakuakn setiap hari sesuai dengan kemuculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara melakukan kastrasi, yaitu; 1. Menggunakan pompa hisap, 2. Perlakuan dengan alkohol, 3. Secara manual dengan pinset.
c.         Cara penyerbukan
                   Saat ini yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan adalah pada saat bunga betina telah mekar ½ sampai ¾ bagian dan kepala putik berwarna putih. Pada saat itu, bunga jantan (serbuk sari) pada tandan tersebut belum pecah atau masak. Beberapa cara persilangan buatan yang dapat dilakukan adalah:
a)    Tandan bunga yang telah dikastrasi diserbuki dengan tepung sari menggunakan kuas. Tepung sari bisa dalam keadaan kering atau basah (dilarutkan dalam ± 2 ml air steril), kemudian dioleskan kekepala putik. Persilangan dilakukan 2-3 kali sampai bunga betina tidak reseptif lagi.
b)   Tandan bunga betina yang reseptif ditempelkan pada tandan bunga jantan yang telah mekar dan kotak sarinya telah pecah.
c)    Tandan bunga betina yang masih reseptif tetapi belum pecah kotak sarinya diolesi dengan bunga jantan yang kotak sarinya telah pecah. Persilangan diulang 2-3 kali pada hari berikutnya.

              Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan cara ketiga, karena cara ini dianggap lebih baik daripada cara-yang lainnya. Setelah disilangkan, tandan bunga dikerudungi dengan kantong kertas roti dengan ukuran lebar 11 cm dan panjang 17 cm (atau disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan). Hal ini dimaksudkan agar tidak terkontaminasi oleh pollen yang tidak diinginkan. Kastrasi dilakukan setiap hari sampai bunga jantan pada tandan bunga habis.

              Selanjutnya kerudung dilepas dan diganti dengan label untuk membedakan tandan hasil persilangan dan tandan yang belum disilangkan. Pada label ditulis tetua betina dan diikuti dengan tetua jantan serta tanggal persilangan. Pada waktu panen label dibiarkan beserta tandan. Etiket lengkap ditempel pada amplop atau wadah plastik tertutup yang berisi biji-bijian tersebut, kemudian disemaikan.

1.4              PERTANYAAN
1.    Apa tujuan kita memberi label pada tanaman yang telah disilangkan?
2.    Berapa umur tanaman yang anda silangkan?
3.    Sebutkan ciri-ciri bunga jantan yang belum matang?
4.    Kenapa kita harus melakukan kastrasi?
5.    Apa yang dimaksud dengan kontrol polinasi?

1.5            JAWAB
1.  Untuk membedakan tandan hasil persilangan dan tandan yang belum dihasilkan.
2.  Yaitu pada saat bunga betina telah mekar ½ sampai ¾ bagian dan kepala putik berwarna putih. Pada saat itu, bunga jantan (serbuk sari) pada tandan tersebut belum pecah atau masak.
3.  Bunga jantan yang belum matang itu belum pecah biasanya menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna putih,
4. Agar tidak terjadi persilangan sendiri.
5. Kontrol polinasi adalah proses jatuhnya serbuk sari ( pollen ) ke kepala putik (stigma) sehingga terjadi proses pembuahan.







DAFTAR PUSTAKA
Poepodarsono, S. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Pengetahuan. Pau- Ipb. Bogor. Hal 45- 49.
Moeljopawiro, S, dan Bustaman M, 1993. Pemuliaan dan Biologi Molekuler. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Sitepoe M, 2001. Rekayasa Genetika. Jakarta: Grasindo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar