LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA I PERBANYAKAN VEGETATIF
ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF
I. TUJUAN
Memperoleh sifat-sifat tanaman yang lebih baik dibandingkan kedua tanaman induknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang
sederhana sampai yang rumit. Ada
yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua sangat
bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih,
jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja, dan sebagainya
(Wudianto, 1991).
Pembiakan kawin merupakan pembiakan yang umum terjadi di alam, baik secara
sederhana maupun secara kompleks. Pembiakan generatif bunga mempunyai peranan
yang sangat penting karena dari bunga akan terjadi pada mekanisme penyatuan
sifat melalui perubahan kromosom dan komponen-komponennya, baik susunan maupun
fungsinya Jumin (1994).
Pembiakan secara seksual didahului oleh peristiwa penyerbukan, yaitu
penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Setelah berlangsung penyerbukan
proses kedua adalah pembuahan (fertilization). Pembuahan adalah salah satu
peristiwa penyatuan salah satu inti sperma (sperma nucleus) yang berasal dari
pollen tube dengan inti sel telur yang berasal dari di dalam embriosae.
Penyatuan inti sperma dengan inti sel telur ini akan menghasilkan zygota. Pada
pembiakan seksual, bersatunya sel gamet (sel reproduksi) akan terbentuk ragam
genetik yang luas (Jumin, 1994).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari
tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual
berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan
sama dengan sifat induknya Jumin (1994).
Perkembangbiakan tanaman biasanya dilakukan secara vegetatif. Sebab, kalau
perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang
menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, ocultatie (Belanda) atau budding
(Inggris). Banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat diokulasi, ada yang mudah
dilakukan dan ada yang susah dilakukan. Jenis tanaman seperti jeruk, apokat,
rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah untuk diokulasi dan
berhasil dengan baik. Sedang buah seperti sawo, nangka, duku, dan pala jika
diokulasi pertumbuhan tunasnya sangat sulit. Jenis tanaman buah-buahan yang
sampai saat ini belum bisa diokulasikan adalah manggis (Wudianto, 1991).
Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang sejenis
(famili) untuk memperoleh tanaman yang mempunyai sifat gabungan antara kedua
tanaman itu disebut okulasi. Asal mata tunas yang ditempelkan mempunyai sifat
tajuk yang baik dan batang bawah mempunyai perakaran yang kuat maka kedua sifat
baik itu tergabung pada satu tanaman Jumin (1994).
Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya. Bisa
dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai
perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman
yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang
baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang pokok yang
digunakan sebagai batang pokok yang akan ditempeli dan juga batang bawah.
Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk ditempelkan pada
batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas (Wudianto, 1991).
Menurut
Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal perlu
diperhatikan, yaitu :
-
antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang
tinggi di antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang
dan lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan
stabil dan berkisar antara 20-23ºC
-
kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus
-
bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu disterilkan)
-
diperlukan naungan untuk menghindari intensitas radiasi matahari yang
terlalu tinggi serta untuk menjaga kelembaban udara di bawah naungan.
Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh keturunan yang sama dengan tanaman
induknya, sering dilakuakan dengan mencangkok (Sutiyoso, 1995).
Orang-orang asing
sering menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial layering (Inggris) dan
marcottage (Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang terkenal sejak dahulu,
bahkan dapat dikatakan suatu cara perkembangbiakan tertua di dunia. Namun
hasilnya sering mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada yang gagal hanya
beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat dilihat
dari bagian tanaman di atas keratan/luka yang kering atau mati. Untuk
menghindari kejadian seperti ini tentu kita perlu memperbaharui cara mencangkok
dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian
(Wudianto, 1991).
Translokasi hasil
fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke
seluruh bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil
fotosintesa akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini apabila
menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang atau dahan
tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh
tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang
diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama dengan induknya dan
cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak
mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon
induk asal cabang atau dahan (Jumin, 1994).
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak terlalu tua atau muda;
pohon kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan di musim penghujan
dan diusahakan media cangkok tetap lembab. Pada mencangkok dilakukan pengeratan
cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil fotosintesis di daun
akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang selanjutnya digunakan
untuk intisari dan pembentukan akar (Ganner and Chaudri, 1976).
Cara stek banyak
dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya
karena bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh
bibit tanaman dalam jumlah banyak Wudianto (1991).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan
menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek
tunas (Jumin,1994).
Orang-orang
pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan
beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar
bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek akar, stek
batang, stek daun, stek umbi Wudianto (1991).
a. Stek batang
Sebagian orang
menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakan
dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk memudahkan pertumbuhan akar
stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan sebagian kayu dari cabang
induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus tetapi bertumut atau
dapat juga dibentuk seperti martil.
b. Stek daun
Untuk
memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap dengan
tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp),
tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan
keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam.
c. Stek akar
Mengakarkan stek
ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan
adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat. Stek akar muda akan
berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan stek akar sebesar
pensil
d. Stek mata
Stek mata yang
juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek batang, hanya
saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata. Penyemaian
stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi dengan
pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1.
e. Stek pucuk
Sesuai dengan
namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan
masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan campuran kompos dengan
pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga digunakan media
campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis mineral yang disebut
vermikulit.
f. Stek umbi
Dari sekian
banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan tanamanberumbian
sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat digolongkan
dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous root), dan
akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain
adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan
sebagai stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang
sangat menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi pembentukan
dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara fisik
harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek
harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk pembentukan
akar tunas (Hartmann and Kaster, 1983).
Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai.
Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi
dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan
penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Nickell, 1982).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya
sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya
pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman
baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh
tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan untuk
memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).
Sedang yang dimaksud dengan sambung pucuk ialah penyatuan pucuk (bagian atas
tanaman) sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang
semarga. Sehingga terbentuk tanaman baru yang compatatie (mampu) saling menyesuaikan
diri secara kompleks. Syarat yang harus dipenuhi oleh batang bawah antara lain
ialah : akarnya dalam, sehingga tahan kekeringan, tahan penyakit akar,
tumbuhnya cepat dan bisa bersatu dengan batang atasnya. Sedangkan tanaman yang
akan dijadikan batang atas harus berasal dari tanaman yang sudah terbukti
bersifat unggul (Wijaya, 1985).
Grafting atau ent merupakan istilah asing yang sering kita dengar itu,
pengertiannya ialah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman
yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini
akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Wudianto, 1991).
Grafting dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Jumin, 1994):
§ Approach graft
(penyambungan dekat) adalah menyambung dua tanaman yang masing-masing tanaman
masih berhubungan dengan akarnya. Bagian yang digabungkan antara kedua tanaman
itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup berumur barulah salah satu batang
bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan terus sampai waktu tertentu.
§ In arching adalah
penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas dan bawah tetap
berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang daya isap haranya
tinggi.
§ Detached seron graft
adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari tanaman lain untuk
disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang bawah.
§ Bridge grafting adalah
penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna mengganti kulit yang rusak.
Kondisi
siap sambung, baik secara teknis maupun fisiologis banyak dibentikan oleh
kevigoran dan umur batang bawah. Batang bawah yang vigor akan lebih cepat
mencapai kondisi siap sambung karena memiliki kemampuan pertumbuhnan yang lebih
besar (Copeland, 1976).
Umur
batang bawah berkaitan erat dengan kandungan cadangan makanan. Dengan
bertambahnya umur maka semakin banyak cadangan makanan yang tertimbun dalam
jaringan batang yang kandungan cadangan makanan dan hormon tumbuhnya berimbang
(Jawal et al., 1995).
III. BAHAN DAN ALAT
- Bahan
- Tanaman puring (Codiatum variegatum)
- Tanaman jeruk (Citrus sp)
- Tanaman pedang-pedangan (Sanciviera sp)
- Alat
- Pisau
- Plastik
- Tali
- Polybag
- Cuter
- Kertas label
IV. CARA KERJA
1. Penyambungan
Pucuk
Pada penyambungan pucuk yang pertama dilakukan adalah memilih dua jenis tanaman
Tanaman puring (Codiatum variegatum) yang cabangnya sama besar,
berdaun kecil umtuk scion dan berdaum lebar untuk stock. Memotong bagian pucuk
scion ini sebesar 10-15 cm tergantung besarnya cabamg. Kemudian mengurangi daun
scion dan memotong bagian pangkal scion membentuk huruf V atau membentuk baji.
Membelah stock ke bawah ke bawah (di bagian tengah batang) sepanjang 1-2 cm
tergantung besarnya cabang. Setelah itu menyisipkan scion ke dalam stock dan
mengikatnya dengan tali. Dalam mengikat ini tidak boleh terlalu kuat atau
kendor. Bila sudah selesai, barulah membungkusnya dengan plastik untuk
mengirangi transpirasi pada scion.
2. Stek
Daun
Stek
daun dilakukan dengan pentiapan daun tanaman pedang-pedangan (Sanciviera
sp) dan media pasir. Memotong daun menjadi 3 bagian (ujung, tengan dan
pangkal). Kemudian menanam bagian stek daun tersebut ke dalam media yang telah
disiapkan. Untuk mempercepat pertumbuhan kita harus menyiram pasir.
3. Stek Batang
Stek
batang dibuat dengan memilih bagian tanaman yang akan dijadikan bahan stek
dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan menyisakan satu daun saja, memotong
bagian pangkalnya dengan sudut kemiringan kira-kira 45º. Untuk mengurangi
ukuran luas daun maka memotong daun hingga tinggal setengah bagian. Selain tiu
disiapkan media tanamnya. Kemudian memasukkan bahan tanam berupa stek tadi ke
dalam sungkup harus selalu dalam keadaan tertutup rapat. Selanjutnya dilakukan
pemeliharaan tanaman dengan menjaga media tanam selalu berada pada kapasitas
lapangan serta memeriksa keberhasilan penyetekkan setelah satu bulan. Stek yang
hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar.
4. Mencangkok
Mencangkok,
langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih cabang yang telah dewasa dan bagus
untuk dicangkok. Kemudian membuat sayatan pada kulit cabang sepanjang 4-5 cm.
Membuang kulit sayatan hingga kelihatan kayunya dan membersihkan kambium.
Selanjutnya menyiapkan plastik dan tali lalu mengikatkan plastik pada bagian
bawah sayatan dan mengikat bagian atasnya. Yang terakhir adalah menyiram
cangkokan agar tidak kering.
V. HASIL PENGAMATAN
Contoh perhitungan % keberhasilan
cangkok pada kelompok IV
Pengamatan selama 4 minggu:

∑ total yang dilakukan
%Keberhasilan = 8
x 100% = 66,67 %
12

n (n-1)

4 (4 -1)
=√
0
12
VI.
PEMBAHASAN
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian-bagian
vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Beberapa cara perbanyakan
vegetatif yang dipergunakan dalam acara I praktikum kali ini adalah
penyambungan dan penempelan (Grafting dan Budding), mencangkok dan
menyetek. Perbanyakan dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh
hasil keturunan yang lebih baik dibandingkan kedua induknya.
CANGKOK
Mencangkok
kita pilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita
menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat
ini meliputi ketahanannya terhadap hama
dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga
(untuk tanaman hias). Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan
hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat
penyimpangan sifat, biasanya disebabkan mutasi gen.
Dalam mencangkok ini ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan
seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan
tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang
permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain
adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain
keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok
tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat
dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada
cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok
lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak menggunakan zat
perangsang).
Cara pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan membersihkan
kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat tumbuh dengan
baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka mungkin masih
ada bagian xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan makanan sampai
ke daun sehingga akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan adalah
untuk memutus jaringan floem yang mengangkut sari-sari makanan hasil
fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka sayatan terjadi
penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal sehingga terbentuk
kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan merangsang terbentuknya
akar. Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya makanan yang terkumpul di
bagian sayatan tersebut yang digunakan untuk pembentukan akar. Jaringan xylem
yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah tetap tidak terputus
sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai dari tanaman induk.
Setelah luka sayatan kering, bagian luka ditutup dengan kapasitas lapang. Kemudian
dibungkus dengan plastik diikat dengan tali yang rapat supaya lembab.
Kelembaban yang mantap akan sangat membentu pertumbuhan akar. Di samping itu
supaya tanah tidak mudah lepas serta akar yang tumbuh cukup aerasi dan
drainase.
Pada percobaan ini kita menggunakan tanaman Puring (Codiatum variegatum).
Sebelum melakukan pencangkokan, pasti sudah tersirat dalam pikiran kita untuk
menghasilkan bibit cangkokan dari pohon terpilih. Ada beberapa syarat agar tanaman hasil
cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara lain pohon induk umurnya sudah
cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon yang ideal
diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok sudah
cukup; pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah
berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul;
batang halus; batang lurus ke atas; warna kecoklatan, karena pada batang
kecoklatan, kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar yang keluar
juga akan cepat terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan
dicangkok nampak kuat dan subur serta tidak terserang hama penyakit yang dapat
menggagalkan hasil cangkokan.
Setelah pemilihan batang induk, kita mengamati cabang yang tepat untuk bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar, cabang berwarna coklat dan kulitnya mulus. Pemilihan cabang berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai puluhan cangkokan dan bentuk pohon tidak akan rusak, selain itu jika dipindah di lapangan akan kecil penguapan airnya.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan
perbanyakan tanaman dengan cangkok cukup besar, yaitu 66,67 % untuk tiap-tiap
kelompok. Hal ini disebabkan karena:
- Kebutuhan air yang tercukupi dengan jumlah yang tidak terlalu berlebihan.
- Kebutuhan cahaya matahari tercukupi. Cahaya matahari ini diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis yang hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan melalui floem. Pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zat-zat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian atas cangkok. Cadangan makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan akarnya.
- Curah hujan dan kelembaban yang sesuai.
- Tanah yang cocok, yaitu bentukan hara yang tersedia bagi tanaman yang dipengaruhi oleh kelarutan zat hara, pH tanah, tekstur tanah, jumlah bahan organik yang ada.
- Pemilihn batang induk yang baik dan memenuhi syarat untuk dicangkok.
- Perawatan yang baik.
STEK BATANG
Perbanyakan stek batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong
batang lalu ditanam pada media tanam yang sesuai dengan jenis tanamannya. Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman jeruk (Citrus sp).
Syarat pemilihan batang yaitu batang berumur kurang lebih satu tahun karena
pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada
cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek
menjadi lemah dan mati. Ada
tidaknya penyakit dalam cabang yang akan kita jadikan stek juga harus kita
perhatikan. Karena hal ini akan berpengaruh pada hasil stek yang kita
buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau, cabang seperti ini
biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga
mempercepat petumbuhan akar.
Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya pemotongan
ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45° pada bagian atas maupun bagian
bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan untuk menjaga
agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan pemotongan miring
bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan
media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman dapat dilakukan
mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan untuk
stek.
Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar pada pangkal
batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang dimasukkan ke dalam
media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya sesuai dengan
diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada batang yang
distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terang sang tumbuh akar.
Media tanam yang digunakan yaitu pasir halus. Persentase keberhasilan stek
batang ini adalah 58,43 ± 17 %. Angka ini agak rendah, hal ini karena
penyiraman yang dilakukan tidak teratur. Padahal media pasir memerlukan
penyiraman yang rutin karena dalam keadaan kapasitas lapang pasir mudah kering.
STEK DAUN
Perbanyakan stek daun adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong daun
tanaman menjadi beberapa bagian, lalu ditanam pada media tanam. Potongan
tersebut kemudian akan menjadi tanaman baru.
Cara perkembangbiakan ini banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama tanaman
hias sukulen, daunnya tebal berdaging dan kandungan airnya tinggi.
Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya, dengan
demikian mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Warna dari daun juga
dipilih yang hijau segar hal ini karena daun yang berwarna kekuningan
menandakan daun itu kekurangan Nitrogen yang akan sulit dalam membentuk
perakaran.
Dalam percobaan ini menggunakan daun tanaman lidah mertua (Sanciviera sp).
Penyetekan dilakukan dengan memilih daun tanaman yang memenuhi syarat dan
memotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung, tengah dan pangkal. Dalam pemotongan
diusahakan dilakukan satu kali iris stiap potongnya untuk menghindari
terjadinya kontaminasi.
Setelah dipotong ditancapkan pada media tanam yang telah disiapkan. Media tanam
yang digunakan adalah pasir halus yang mampu memberikan aerasi yang cukup,
mempunyai drainase yang baik dan beresiko kecil terkena jamur dan
bakteri.
Hasil percobaan menunjukkan persentase keberhasilan stek daun ujung 58,33 ±32
%, stek daun tengah 75 ± 17 %, stek daun upangkal 91,67 ± 17%. Persentase
keberhsilan stek daun ini cukup tinggi debandingkan dengan perbanyakan
vegetatif lainnya. Stek daun ini disimpan pada tempat yang lembab dan teduh
yang terhindar dari sinar matahari. Pada polybag diberi sungkup plastik yang
fungsinya untuk mengurangi transpirasi dan agar terhindar dari sinar matahari..
Pada prinsipnya cara perbanyakan tanaman dengan stek daun sama dengan cangkok
yaitu tanpa usaha untuk memperbaiki sifat sehingga diperoleh tanaman dengan
sifat sma dengan induknya. Keuntungan metode ini adalah bahan yang digunakan
sedikit tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak dan caranya
tidak begitu rumit sehingga mudah dilakukan oleh siapa pun.
SAMBUNG PUCUK
Sambung pucuk yang dilakukan dalam acara ini termasuk dalam “top grafting”
yaitu penyatuan pucuk (bagian atas tanaman” sebagai calon batang atas dengan
batang bawah tanaman lain yang masih satu marga sehingga membentuk tanaman baru
yang dapat menyesuaikan diri secara kompleks.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman puring (Codiatum
variegatum). Pertama-tama dipilih dua tanaman puring yang berbeda jenis
tetapi besar batang hampir sama. Kemudian dilakukan pemotongan batang bawah
sebagai stock dn membelah tengah-tengah batang. Pangkal batang lain sebagai
scion membentuk heruf “V” dan menyisipkan scion pada stock. Pada persambungan
diikat dengan tali yang bertujuan agar air tidak masuk di antara sisipan. Pada
bagian scion dilakukan pengurangan jumlah daun untuk mengurangi penguapan. Kemudian
pada bagian scion diberi sungkup plastik hingga menutupi penyambungan untuk
memperkecil resiko kegagalan dan memberi lubang pada plastik agar aerasi udara
tetap berjalan.
Dari hasil percobaan diperoleh persentase keberhasilan sambung pucuk adalah
8,33 ± 14 %. Ketidakberhasilan pada sambung pucuk ini disebabkan
ketidaksesuaian antara scion dan stock sehingga memungkinkan air masuk di
sela-sela penyambungan yang menyebabkan rusaknya jaringan akibat sayatan. Pada
batang bawah perakarannya juga kurang dalam sehingga terjadi kekeringan.
VII. KESIMPULAN
- Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek daun dan cangkok.
- Untuk mendapatkan hasil yang beragam dan meningkatkan sifat-sifat unggul tanaman dapat dilakukan dengan sambung pucuk (grafting).
- Persentase keberhasilan cangkok adalah 66,67 % ± 0 %
- Persentase keberhasilan stek daun adalah
- bagian ujung adalah 58,33% ± 32%
- bagian tengah adalah 75% ± 17%
- bagian pangkal adalah 91,67% ± 17%
- Persentase keberhasilan stek batang adalah 58,34 %± 17%
- Persentase keberhasilan sambung pucuk (grafting) adalah 8,33 % ± 14 %
- Dari hasil percobaan rata-rata persentase yang tinggi dalam perbanyakan vegetatif yang dilakukan adalah stek daun. Karena teknik ini paling mudah dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus.
- Persentase yang paling rendah adalah sambung pucuk (grafting) karena diperlukan kecermatan yang lebih dan keahlian dalam melakukan perbanyakan dengan cara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1984. Beberapa Cara
Perbanyakan Vegetatif. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian.
Ungaran. 92p.
Hadiati, S. 1994. Interaksi
Antara Beberapa Macam Batang Bawah dan Batang Atas Pada Pembibitan Rambutan (Nephelium
lappaceum L.). Penelitian Holtikultura 6 (3):1-11.
Jawal et al., 1995. Pengaruh
Umur dan Varietas Batang Bawah Terhadap Keberhasilan Sambung Mini Mangga Arum
Manis. Penelitian Holtikultura 7(1):34-44.
Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar
Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta.
140p
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya.
1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap Keberhasilan Stek Rambutan
Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.
Sutiyoso, Y. 1995. Mencangkok
Pohon Buah. Trubus. XVI(187):192p.
Wijaya. 1985. Sambung Pucuk Untuk
Tanaman Buah. Trubus. XVI(185):192p.
Wudianto.
Rini, 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150p.
Thanks kaka atas postinganya
BalasHapusmain juga ke blog saya ya
http://cintacabemerah.blogspot.co.id/